Kisah Inspiratif Dari Seorang Guru Penderita Sindroma Down

Penyandang sindroma down kerap dipandang sebelah mata. Kelebihan kromosom, yang menyebabkan penyandang sindroma down berbeda, ternyata bagi Noelia Garella, 31 tahun, tidak menjadi hambatan untuk meraih cita-citanya.

Saat masih kanak-kanak, Noelia bahkan ditolak masuk sekolah karena menganggapnya sebagai "monster". Sekarang, dia menjadi guru sekolah taman kanak-kanak.

Noelia, yang meraih gelar sarjana ekonomi dan manajemen organisasi di usianya ke-29 tahun memang sangat mencintai anak-anak. Kini dia mengajar di Taman Kanak-kanak Jeromito, Cordoba, Argentina.

Di bawah bimbingannya, anak-anak duduk manis mendengarkan cerita, dan antusias mengikuti gerak-gerik sang guru saat Noelia menirukan ikan hiu memamerkan gigi-giginya.

"Saya mengagumi ini, bahkan sejak masih kecil saya selalu ingin jadi guru, karena saya sangat menyukai anak-anak," kata Noelia. "Saya ingin mereka membaca dan mendengar, karena dalam masyarakat, orang harus saling mendengarkan."

Keinginan kuat Noelia menginspirasi rekan-rekannya untuk mempekerjakannyai sebuah taman kanak-kanak di Cordoba, meski beberapa pihak keberatan. "Pihak yang berwenang menilai Noelia tidak boleh memegang kelas karena kondisinya," kata Alejandra Senestrari, mantan direktur sekolah yang mempekerjakan Noelia.

Tapi para guru, orang tua bahkan walikota membelanya. Mereka menegaskan tidak ada alasan Noelia tidak diperkenankan mengajar di kelas belajar membaca. "Seiring dengan berlalunya waktu, bahkan mereka yang dulu menolak, kini bergabung untuk mendorong Noe sebagai guru," kata Senestrari.

"Kami segera menyadari bahwa dia punya tujuan yang kuat. Dia memberikan kepada anak-anak itu, sesuatu yang sangat berharga, yaitu cinta."

Ibu Noelia, Mercedes Cabrera, tampak berkaca-kaca saat putrinya mengisahkan masa-masa saat ditolak masuk taman kanak-kanak. Saat sang direktur mengatakan kepada orang tuanya, "Tidak ada monster di sini." Noelia tersenyum. "Guru itu seperti cerita yang saya bacakan kepada anak-anak. Dia bilang monster yang sedih, tidak tahu apa-apa, dan selalu salah. Saya adalah monster yang bahagia."

Di negara-negara lain, terdapat sejumlah penyandang sindroma down menjadi guru. Namun Noelia tampaknya yang pertama di Amerika Latin.

Di Amerika Latin, anak-anak penyandang sindroma down bahkan ditolak masuk sekolah umum. Kisah Noelia menjadi inspirasi bagi penyandang sindroma down lainnya, juga bagi para orang tua mereka. Bahwa penyandang sindroma down pun bisa meraih cita-cita mereka.

Bahkan kolega Noelia pun tergerak pada kisahnya. "Ini adalah pengalaman unik bagi para staf," kata Susana Zerdan, direktur atasan Noelia saat ini.

"Cara anak-anak menerimanya, bekerja sama secara alamiah di sekolah, ada pelajaran hidup bagi kami semua."



Noelia pertama kali masuk dalam sistem pendidikan Cordoba sebagai asisten kelas membaca pada 2012. Dia suka menari Latin di waktu senggangnya. Dia juga ingin memiliki anak sendiri suatu ketika.

Sejak Januari lalu, dia bertanggung jawab bersama satu guru lainnya dalam sebuah kela di Taman Kanak-kanak Jermonito. "Saya punya murid penyandang sindroma dwon di kelas saya. Dia luar biasa. Sangat menyenangkan seseorang seperti saya dilahirkan."

Seperti dilansir dalam situs Ikatan Sindroma Down Indonesia, sindroma down terjadi karena kelainan pembelahan sel yang menghasilkan janin dengan tiga copy kromosom, bukan dua sebagaimana normalnya. Karena itu jumlah kromosom penyandang sindroma down ada 47.

Semua sindroma down mempunyai tingkat keterbelakangan yang berbeda. Namun tidak menutup kemmungkinan kekuatan atau kelebihan bakat setiap individu. Anak-anak sindroma down melakukan aktivitas seperti anak-anak lainnya meski perkembangannya lebih lambat.

Anak sindroma down juga memiliki potensi besar, karena yang memiliki kelainan hanyalah kromosom-nya, bukan otaknya. Bila ditangani sejak dini, maka potensinya juga dapat dimaksimalkan.

*TEMPO

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....

Salam Pak Pandani

Lebih baru Lebih lama