Para Siswa ini Seberangi Sungai dan Lewati Hutan Demi Bersekolah

Anak-anak di desa terpencil di pelosok Provinsi Bengkulu masih harus berjuang keras demi untuk bersekolah. Bahkan harus menggunakan kaki mungil mereka menembus hutan belantara, melewati perkebunan dan menyeberangi sungai untuk menuntut ilmu.

Hal itulah yang dirasakan murid-murid SDN Desa Air Punggur, Kecamatan Muara Kemumu, Kabupaten Kepahiang. Mereka berangkat dari rumah ke sekolah dengan berjalan kaki. Tidak memakai sepatu, melainkan hanya beralaskan kaki. Sepatu hanya ditenteng hingga tiba di sekolah. Hampir setiap hari beberapa murid SD tersebut kerap melewati jalan berlumpur.

Salah satu murid yang mengalami kerasnya perjuangan demi menuntut ilmu di bangku sekolah ini adalah Perki Tohaidi (8), murid kelas 2 SDN 08 Air Punggur, Kepahiang. Hampir setiap hari, Perki harus membersihkan kakinya terlebih dahulu dari lumpur yang masih menempel ketika sudah tiba di sekolah. Baru setelah itu dia memakai sepatu warna hitam yang memang hanya ditenteng selama perjalanan menuju sekolahnya.

Wajar saja, untuk bersepatu sangat tidak memungkinkan melihat medan untuk menuju sekolah tersebut. Jika habis diguyur hujan, kondisi jalan berlumpur. Tempat tinggal Perki sendiri berada di Talang Setu, Air Tenong, Kecamatan Muara Kemumu. Untuk menuju sekolah, membutuhkan waktu perjalanan sekitar 1 jam dengan berjalan kaki. Begitulah dilakukan Perki setiap hari.

Namun hal itu sama sekali tak mematahkan semangat bungsu dari lima bersaudara buah hati pasangan, Saidul dan Anayati yang sehari-hari berprofesi sebagai petani di desanya itu. Perki memiliki cita-cita tinggi untuk menjadi seorang tentara yang mengabdi kepada bangsa dan negara. “Cita-cita saya ingin menjadi tentara, karena menjadi tentara itu gagah sekali,” ujar Perki yang setiap hari harus bertelanjang menyeberang sungai untuk bisa ke sekolah.

Perki mengaku dari rumah dia berangkat sendirian. Agar tak terlambat tiba di sekolah, dia berangkat pagi-pagi sekira pukul 06.00 WIB. Saat ditemui RB di sekolahnya, Sabtu (19/11) Perki mengaku sama sekali tak ada rasa takut walaupun perjalanan yang ditempuhnya cukup berat. Perki juga harus menyeberang Sungai Air Ketenong yang kedalamannya sepinggang dirinya lalu juga harus melewati perkebunan dan hutan. “Berani, nggak takut,” ujarnya lugu.

SDN 08 Air Punggur berjarak sekitar 35 kilometer dari pusat kota Kabupaten Kepahiang. Untuk menuju sekolah ini membutuhkan perjuangan keras. Harus menggunakan motor khusus seperti motor trail. Untuk masyarakat setempat, mereka memang sengaja memodifikasi motor mereka dengan memasangi rantai bekas di ban motor agar tidak licin melewati jalan berlumpur.


Kepala SDN 08 Air Punggur, Yobha Ade Ardiansyah mengungkapkan seperti itulah kondisi murid-murid di sekolahnya. Dengan lokasi sekolah yang jauh dari pusat kota, akses transportasi menuju sekolah hanya bisa menggunakan kendaraan roda dua, itupun dengan motor spesifikasi khusus seperti motor trail. “Kalau Perki memang dia setiap hari harus berjalan kaki dan menyeberang sungai agar sampai sekolah,” jelas Yobha.

Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kepahiang, Drs. H.M. Holil mengatakan ada beberapa opsi solusi melihat kondisi anak-anak yang bersekolah di daerah pelosok tersebut. Misalnya, agar anak-anak tidak berjalan terlalu jauh dari kediamannya, dapat menempati mes sekolah dan tinggal sementara dengan para guru yang menempati mes tersebut.

Menurut Holil, bisa dibuatkan sistem semacam asrama oleh pihak sekolah agar anak-anak terhindar dari bahaya saat menuju sekolah. “Untuk disekolahkan di dalam kota sebenarnya memungkinkan dan bisa saja, asalkan ada kemampuan dari orangtua untuk menyekolahkannya, dan tinggal di dalam kota,” kata Holil.

*harianrakyatbengkulu/zie

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....

Salam Pak Pandani

Lebih baru Lebih lama