Guru SM-3T Temukan Ada Banyak Siswa SMP di Kampung Belum Bisa Calistung

Potret buram pendidikan di daerah pedalaman Merauke, Papua menjadi ‘PR’ bagi pemerintah maupun berbagai pihak. Apa yang dijumpai di kabupaten paling timur di Indonesia bisa jadi cermin kondisi pendidikan di banyak daerah lain.

Sarjana Mengajar di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T) menemukan masih banyak pelajar di tingkat sekolah dasar (SD), bahkan sekolah menengah pertama (SMP) yang belum bisa membaca, menulis dan berhitung (Calistung).

Ironis memang, namun mau tak mau, kondisi itu menuntut kerja keras puluhan SM3T dari Universitas Negeri Makassar (UNM) angkatan VI untuk lebih terpacu mengabdikan diri dan ‘menularkan’ ilmu pengetahuan di kampung-kampung.

Saldy, salah satu Sarjana Mengajar 3T UNM mengatakan banyak tantangan yang dialaminya sejak bertugas di SD Inpres Koneraw Distrik Waan pada September 2016 lalu. Namun oleh dia itu menjadi pengalaman berharga.

Dengan waktu bertugas yang terbatas, dia bersama 52 rekannya tetap berkomitmen untuk mendidik murid semaksimal mungkin. Mereka juga mendorong para orang tua agar lebih peduli terhadap pendidikan anak-anaknya.

“Pernah saya dan petugas hansip datang jemput anak-anak dari rumah untuk sekolah, tapi mereka tidak ada karena ikut orang tua mencari makan di hutan,” kisah Saldy kepada Metro Merauke.

Kata Saldy, pemerintah maupun lembaga-lembaga pendidikan harus terus menyadarkan masyarakat betapa pentingnya pendidikan. Baginya, pendidikan adalah jalan terbaik meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.

Sekedar diketahui, SM3T merupakan terobosan pemerintah untuk pemerataan pendidikan di wilayah Papua. Bagi pemerintah program tersebut dinilai tepat, mengingat masih tingginya angka putus sekolah serta belum meratanya layanan pendidikan.

Dan di sisi lain, program tersebut dapat memotivasi para guru untuk lebih mengabdikan diri di tempat tugasnya.

Sumber: https://metromerauke.com/2017/01/16/sm-3t-temukan-siswa-smp-di-kampung-belum-bisa-calistung/