Viral! Kisah Anak SD di Perbatasan Ini Bikin Mewek, Minta Tas Sama Presiden Jokowi

Bersyukurlah kalian yang tinggal di kota dan dekat dengan berbagai fasilitas dan akses yang mudah.

Bayangkan bagaimana susahnya hidup bagi orang yang tinggal di pedalaman atau daerah perbatasan.

Untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari saja harus menempuh medan yang jauh dan berat.

Sementara itu fasilitas yang ada di sana juga masih belum layak.

Seperti untuk pendidikan, banyak anak yang masih bersemangat untuk sekolah meskipun mereka tinggal di tempat yang sangat terbatas.

Seperti anak-anak SD yang diceritakan oleh pemilik akun Instagram @anggitpurwoto.

Anggit Purwoto adalah seorang guru di perbatasan dalam program SM-3T.

Dia berada di Desa Sungkung II, Siding, Bengkayang, Kalimatan Barat.

Beberapa foto terakhir yang diunggah Anggit menjadi viral serta dibanjiri komentar dan like.

Ribuan like dan ratusan komentar ada di setiap foto berikut ini:


Bahkan rata-rata netizen yang telah membaca dan melihat foto serta video tersebut menjadi menangis kemudian menuntut pada pemerintah.

Anggit menceritakan kisah anak-anak SD yang dia ajar di perbatasan.

"Hal terburuk bukan ketika mereka tidak punya baju bagus untuk berangkat ke sekolah, bukan ketika mereka tidak punya sepatu, bukan ketika mereka tidak punya tas..

Tetapi hal terburuk adalah ketika mereka tidak mempunyai Mimpi!! "Anak Tapal Batas yang bertahan tanpa Tas" -SDN 04 Sungkung-" begitu tulis
@anggitpurwoto.

Di foto lainnya pria yang berprofesi sebagai guru ini menuliskan kisah yang membuat 'mewek' netizen berikut ini:


"Tersenyumlah nak... Jangan tampakan wajah sedihmu... Jangan tampakan beban beratmu..
Saya yakin... Walaupun tanpa tas... Tanpa seragam yg layak, tanpa sepatu.....Selagi km masih punya tekad dan semangat! Kamu bisa meraih impianmu itu..kamu pasti bisa melewatinya!

Maaf nak...bukan bapak bermaksud menampakan wajah sedihmu, seragam lusuhmu, tas kresekmu.....
Bapak hny ingin mereka tau.... Bahwa keadilan sosial BUKAN bagi seluruh rakyat Indonesia... Bahwa kalian tidak merasakan arti sila Kelima dari Pancasila.....

Sudah nak.... Jangan mengaharapkan uluran tangan dari siapapun...uluran tangan yg mungkin takkan menjangkau kalian, kalian jauh di batas negara.... Biarlah pakaian lusuh dan tas kresekmu yg akan menemanimu sampai kamu meraih cita-cita besarmu.....

Tersenyumlah.... Nak...... - SDN 04 Sungkung, siding, bengkayang, kalbar-" tulis @anggitpurwoto.

"Bagimu negeri... Kuceritakan sepintas sebuah kisah pengabdian saya di daerah perbatasan indonesia-malaysia.. Sungkung sebuah desa yg sangat terisolir jauh dari kata kemajuan...

Butuh perjalanan 2 hari dari kota kabupaten sendiri yaitu kabupaten Bengkayang, akses jalan aspal terdekat adalah di kecamatan entikong kabupaten Sanggau, untuk menuju jalan aspal terdekat membutuhkan waktu 8 jam menggunakan sampan menyusuri sungai sekayam, dan 4 jam jalan darat jika jalan kering, jika basah tidak bisa di prediksi..

Minimal butuh biaya 600 ribu dr kota kabupaten sendiri yaitu kabupaten Bengkayang untuk sampai di desa sungkung...

Produk-produk buatan malaysia sangat mendominasi wilayah ini, disini berlaku 2 mata uang yaitu ringgit dan rupiah.. Hidup tanpa listrik, sinyal pun harus naik bukit yg jarak tempuhnya 45 menit jalan kaki dari Asrama..

Kebutuhan pokok harga berkali-kali lipat.. Contoh Harga semen mencapai 450 ribu per sak, gas lpg 3 kg 80 ribu...

Batas negara hanya di batasi oleh igir pegunungan.. agar tetap bisa menyambung sebuah coretan tinta di buku, tak sedikit anak sekolah (SD, SMP, SMA) yang bekerja di malaysia ketika liburan, untuk membayar uang bulanan sekolah..

Mereka tau benar bahwa hidup di negara tetangga sarawak malaysia jauh lebih sejahtera, tapi mereka masih memiliki rasa kebangsaan yang tinggi..berfikir dua kali untuk menjadi warga negara di negara seberang..



Bagaimanapun mereka lebih memilih 'hujan batu' di negeri sendiri daripada 'hujan emas' di negeri orang......

Seragam kusam yang tidak lagi berwarna merah putih segar bukan berarti kami tidak memiliki rasa cinta tanah air.... #NASIONALISME" tulis @anggitpurwoto.

Di satu video yang diunggah Anggit Purwoto, anak-anak ini meminta tas pada Presiden Jokowi.

Sebab mereka hanya memiliki tas kresek untuk tempat buku pelajarannya.

"Pak Jokowi Minta Tas"

Dengan suara lirihnya, mereka berkata, "Pak Jokowi Minta Tas"

Tidakah kalian merasa kasihan...masih adakah hati nurani kalian... Mereka hanya minta tas, untuk membawa buku,buku yang mungkin bertuliskan mimpi-mimpi kecil mereka, agar mimpi yg mereka tuliskan tidak hancur , hancur terkena lumpur atau koyak kena hujan....

Tidakkah kalian iba....ilmu yg kau dapat di bangku perkuliahan adalah hak mereka!!!!..gaji yg kau dapat adalah hak mereka...

Tidakkah kalian iba, melihat baju kotor mereka...berjam-jam jalan melewati jalan lumpur...
Tidakkah kalian iba ketika perjuangan mereka, mimpi mereka terhapus sia-sia oleh kejamnya negeri perbatasan... Dengarlah suara lirih mereka Pak.....," begitu tulis @anggitpurwoto.

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....

Salam Pak Pandani

Lebih baru Lebih lama