Balada Pendidikan di Kawasan Terluar Indonesia


Selama ini, kita hanya tahu bahwa di kawasan terdepan, terluar, dan tertinggal di Indonesia memiliki standart pendidikan yang rendah. Tapi tahu kah kalian guys, pendapat kita akan hal itu harus mulai dibenahi.

Karena saudara kita yang ada di kawasan terluar itu justru memiliki semangat belajar yang luar biasa dibanding kita yang berlimpah fasilitas. Mereka rela datang ke sekolah melewati hutan, sungai, hingga jalanan yang terjal tanpa mengeluh.

Jika kita ingat Lintang di Novel Laskar Pelangi, itu hanya satu kisah dari ribuan masyarakat di pulau terluar Indonesia yang haus akan ilmu.

“Semangat belajar mereka sangat luar biasa. Meskipun jarak sekolah dan rumah jauh, bagi mereka bukan masalah,” kata salah seorang peserta program Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan Terluar dan Tertinggal (SM3T) angkatan V/2015, Mohammad Faisal ketika berbincang dengan MalangTODAY.net belum lama ini.

Peserta SM3T yang dikirim melalui Universitas Negeri Malang (UM) ini mengabdi di Distict Aboy Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua selama satu tahun penuh. Di sana ia tak hanya mengajar siswa usia sekolah. Tapi juga para orang dewasa yang belum mengenal baca tulis.

Selama mengajar, hal yang membuatnya miris bukan hanya fasilitas yang belum memadai bagi para muridnya. Melainkan juga jumlah guru yang sangat minim. Bahkan, seorang kepala sekolah ditempatnya mengajar hanya datang menjelang ujian sekolah saja bersama penguji.

Sementara setiap hari, tak kurang dari 100 an siswa tanpa alas kaki selalu merindukan kehadiran pengajar. Karena dalam satu wilayah, menurutnya hanya ada satu sekolah saja dari tingkatan TK sampai SMP.

“Untuk SMA, saat itu belum ada dan rencananya akan dibangun secepatnya. Selama ini, siswa berprestasi dan dari keluarga berada saja yang bisa melanjutkan sekolahnya ke perkotaan,” kata Sarjana Pendidikan Sejarah UM ini.

Setiap hari, ia bersama keempat rekannya mengajar siswa dengan beragam mata pelajaran. Secara bergantian, jadwal mereka susun untuk berbagi ilmu mulai dari usia TK sampai SMP. Di sore hari, murid yang mereka sasar pun berganti yakni dari kalangan orang dewasa untuk berlatih membaca dan menulis.

“Dan saya punya satu murid, saat ini masuk ke kelas IX yang usianya sudah dewasa dan memiliki tiga orang anak. Tapi dia belajar dengan semangat dan perkembangannya sangat bagus,” tambah pria berkacamata ini.

Dia tidak memungkiri bahwa mengajar di sana membutuhkan tenaga ekstra. Karena harus mengulang berulang kali terkait materi yang disampaikan, sampai murid-muridnya benar-benar paham dan mengerti dengan yang dimaksud.

“Apa yang saya ajarkan di siang hari, sorenya ketika saya tanyai mereka sudah lupa,” kenangnya sembari tersenyum.

Ketika masa tugasnya telah usai, ia pun harus kembali ke daerah asalnya. Meskipun dengan berat hati meninggalkan murid-muridnya yang penih semangat. Dia pun berharap, kesetaraan pendidikan segera menyasar ke wilayah terdepan dan terluar Indonesia. Sehingga hak pendidikan dapat dirasakan oleh siapapun.

Sumber: https://malangtoday.net/flash/nasional/balada-pendidikan-di-kawasan-terluar-indonesia/

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....

Salam Pak Pandani

Lebih baru Lebih lama