USBN SMP: Guru Tegang Tunggu Siswa


SURABAYA – Suasana pelaksanaan ujian sekolah berstandar nasional (USBN) SMP Terbuka terlihat berbeda daripada ujian pada umumnya. Dalam ujian tersebut, bukan hanya murid yang dibuat tegang, melainkan juga para guru kelas yang berjaga. Mereka terlihat stand by demi memastikan seluruh peserta ujian komplet. 

Misalnya, pantauan Jawa Pos di SMPN Terbuka 19 kemarin (18/4). Sekitar pukul 14.00, pelaksanaan USBN sesi ketiga dimulai. Namun, jumlah peserta ujian belum sepenuhnya lengkap. Ada tiga siswa yang belum datang pada menit­ menit awal pengerjaan soal USBN tersebut 

Selang beberapa menit, seorang siswa mendatangi ruang ujian. Setelah ditanya oleh beberapa guru, siswa tersebut menjawab tanpa beban. ” Tidak ada yang mengantar, Bu,” jawabnya kepada beberapa guru yang menunggu di depan kelas. 

Sekitar delapan menit kemudian, dua siswa yang ditunggu akhirnya muncul dari lorong sekolah. Seorang siswa berjalan santai, sedangkan siswa lainnya terengah­engah karena datang dengan berlari. ”Tadi saya salah jadwal, Bu. Ini saya balik lagi dari rumah,” terangnya. 

”Ini memang sering terjadi pada pelaksanaan ujian di kelas terbuka. Kami para guru harus memakluminya,” terang Waka SMPN Terbuka 19 Erna Dwi Nastiti. Meski begitu, para guru sebenarnya telah berusaha maksimal agar seluruh siswa mengikuti ujian tepat waktu. 

Sebelum ujian berlangsung, para wali kelas SMP Terbuka melakukan komunikasi dengan masingmasing wali murid. Guru akan mengingatkan melalui SMS maupun telepon secara langsung kepada wali murid mengenai jadwal ujian putra­putrinya. 

Imbauan biasanya dilakukan wali kelas H­1 pelaksanaan ujian. Informasi tersebut kembali diupdate beberapa jam menjelang ujian berlangsung. ”Kami akan telepon lagi satu jam sebelum ujian dimulai. Biasanya, guru akan menelepon wali murid yang tidak merespons imbauan sebelumnya,” terangnya. 

Namun, jika usaha tersebut tetap belum membuahkan hasil, guru akan melakukan sistem jemput bola. Mendatangi satu per satu rumah siswa untuk mengajak mereka segera berangkat dan mengerjakan ujian. 

Erna menuturkan, di sekolahnya ada 59 siswa kelas terbuka yang mengikuti USBN. Jumlah tersebut dibagi menjadi tiga sesi ujian. Jumlah peserta yang tidak sedikit itu sering membuat guru kelabakan jika harus menjemput siswa satu per satu. ”Untuk itu, kami memastikan opsi menjemput ke rumah tersebut tidak terjadi,” jelasnya. 

Penjemputan siswa untuk mengikuti ujian itu juga terjadi di SMPN Terbuka 21. Setidaknya dari delapan siswa peserta ujian, tiga siswa harus dijemput ke rumah oleh sang guru. ” Ya, kita harus maklum. Yang penting, kami berusaha agar semua anak tetap bisa mengikuti USBN,” terang Kepala SMPN 21 Chamim Rosyidi Irsyad. 

Sumber: Jawa Pos · 19 Apr 2017

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....

Salam Pak Pandani

Lebih baru Lebih lama