Ternyata Cerita Marwan dan Mawar Belum Berakhir, Inilah Lanjutannya...

Cerita sebelumnya:

Kisah lanjutannnya,...

27 September 2016


Walau kadang masih abstrak, tapi mari mulai belajar menemukan alasan sebanyak-banyaknya untuk memompa daya syukur kita.

Menjalani kesabaran dalam situasi sekarang merupakan salah satu kunci yang menentukan

Jangan melangkah menghindari not demi not irama yang sementara terbangun. Bunyinya akan fals, sombong, tak etis, dan bukan indah untuk dinikmati bersama.

Saya memiliki kabar lanjutan terkait sobat kita Marwan bersama laki-laki barunya, tapi sejak dia menasehatiku beberapa jam sebelum ini, saya dilarang untuk menyebarluaskannya. Bukan hanya menyangkut alasan Simulasi kepribadiannya kini yang tak ingin diganggu, tapi terlebih karena kita masih harus berbenah santun menghikmahi prosesnya. Apakah kita masih peduli dengan kisahnya setelah hajatan yang ditunggu ini telah usai? Apakah kita bermaksud ingin menempuhi waktu secara prematur, demi untuk segera mengibarkan bendera kemenangan, sementara yang lainnya masih dalam proses penanganan?...

28 September 2016

Serumit menghindari partisi kemenangan Top di hati Mawar, sesulit mengalihkan kehidupan Marwan ke deret pemiliknya yang lain

ternyata lebih rumit dan sulit mensimulasi skenario usul pengalihan ini

1 Oktober 2016

Marwan malah bermaksud remedial.

Dalam rangka pulang mencuci baju dan memperoleh peci yang ketinggalan, kuniati akan menemui Marwan.

Sebelum hari Senin lusa, kuusahakan bisa bertatap wajah langsung dengannya. Saling berbagi frekuensi


Sebab senin dan hari setelahnya, kukembali di sini; simulasi maksimal telah terkonversi ke dalam deretan nama; yang mungkin sebagian besarnya mengalami nasib sama dengan Marwan.

Karena tak bisa menemuinya nanti jika saya hanya sendiri, maka kusiapkan teman beberapa gelas, beragam racikan meneduhkan, tumpukkan tisu, serta sejumlah kenyataan;

"Tak usah lagi mengenang kisahmu dengan Mawar, buat apa menjalani kehidupan, jika tidak sebagai lelaki sejati" Mungkin kalimat ini bisa menjadi pembuka tepat jika dia berhasil fokus kepadaku sebentar lagi.

"Mar, 8 tahun bersamanya memang tak ada jaminan untuk berjodoh kan? Kualitas hubungan bukanlah seberapa lama, tapi seberapa jelas persambungan orientasi dan ketekunan untuk saling memperbaiki"

"Bisa saja Top yang menikungmu itu, sudah ditakdirkan Tuhan sebagai pemberi bahagia lebih bagi Mawar. Namanya juga Top, pastilah memenuhi passing grade kelulusan dari berbagi aspek pengujian"

"Barangkali Top yang merenggut Mawar sementara ini, merupakan jembatan bagimu untuk mengukur kembali langkah-langkahmu selama ini. Engkau selama ini keliru memahami proporsi menyayangi dan tak bisa berlaku moderat, sampai tak mampu engkau bedakan; mana batu, mana akik, mana emas, mana berlian? Perlakuan terhadap entitas tsb tidak boleh tidak_niscaya_ berbeda satu sama lainnya, harus didasari kadar tempaan ybs mengalami kesungguhan proses"

"Kamu bilang kisahmu telah berakhir, kamu yakin menuntaskannya beberapa hari yang lalu, kamu sebarluaskan dan menjadi viral di berbagai saluran, tapi kok segala kiriman WA mu kepadaku selalu seputaran dia. Entah itu perasaan cemburumu, manja penyesalanmu sebab tak bisa hadir sebagai terbaik, bahkan engkau malah ingin berlatih kembali dan mengikuti remedial, sedemikian rupa agar bisa melampaui pencapaian Top"

"Stop Haer!" Terdengar jelas entah dari mana asalnya, menghentikan segala imajinasiku. "Kamu kan tahu, betapa berharganya dia selama ini bagiku. Saya masih hidup seperti sekarang ini dan mengalami berbagai peristiwa, karena tongkat yang menyangga kelumpuhanku waktu itu adalah dari dia"...


Oleh: Akhiruddin Haer

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....

Salam Pak Pandani

Lebih baru Lebih lama