Mengurai Masalah Pendidikan di Pedalaman Papua

Berbicara masalah pendidikan di Indonesia tidak akan ada habisnya. Mulai dari kurikulum, pemerataan guru, standar kualifikasi yang harus dimiliki guru dan banyak lagi. Seakan sudah berakar secara kuat, sehingga harus dengan proses dan terobosan yang banyak untuk mengentaskannya.

Belum lagi akhir-akhir ini, polemik pelaksanaan kurikulum menjadi hangat mewarnai berita pendidikan di negara ini. Pergantian menteri di bangsa ini seolah menjadi sebuah kebiasan untuk mengganti kurikulum juga. Belum lagi realisasi pelaksanaannya di evaluasi secara baik, sudah harus bergelut lagi dengan kurikulum baru.

Begitulah adanya pendidikan di Indonesia ini yang masih merangkak untuk menemukan formula yang pas dan cocok untuk seluruh wilayahnya yang luas. Secara nasional masalah pendidikan sudah begitu kompleks belum lagi masalah pendidikan di wilayah pedalaman. Jika secara nasional sudah kompleks maka akan lebih kompleks lagi masalah pendidikan di wilayah pedalaman, seperti daerah pengabdiaan saya di Kabupaten Lannya Jaya, Provinsi Papua.

Apabila sudah menonton film “Di Timur Matahari”, maka begitulah adanya keadaan di wilayah pegunungan Papua, secara khusus ini. Dengan menonton film tersebut kita akan disuguhkan bagaimana kedaan di pegunungan Papua. Mulai dari kondisi ekonomi, sosial dan terlebih pendidikan. Berikut ini akan saya urai masalah-masalah pendidikan di wilayah pegunungan Papua.

Kondisi Guru
Guru dalam semboyannya adalah “Pahlawan tanpa tanda jasa” atau juga “Pelita dalam kegelapan”. Sebuah semboyan yang sangat tinggi nilainya. Akan tetapi jikalau guru tersebut tidak melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggungjawab, pertanyaannya adalah apakah guru itu akan tetap menjadi pahlawan atau pelita? Menurut hemat saya dengan keadaan yang seperti itu, guru malah akan jadi sebaliknya.



Kecenderungan masalah guru di wilayah pegunungan Papua begitu adanya. Menurut data, sebenarnya jumlah guru banyak. Dalam hal pelaksanaan tugas tidak ada setengah dari jumlah sebenarnya. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Kepala Sekolah SD YPPGI Tobanapme tempat saya mengabdi, Gerson Wenda. Beliau menuturkan bahwa ada guru di sekolah ini mulai dari ditempatkan menurut SK di sekolah tersebut tidak pernah datang sekalipun ke sekolah. Dalam hal penerimaan kewajiban maka tidak akan pernah absen. Demikianlah adanya kondisi disini.

Selengkapnya>>> http://www.qureta.com/post/mengurai-masalah-pendidikan-di-pedalaman-papua

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....

Salam Pak Pandani

Lebih baru Lebih lama