Sifat-Sifat Fisik Protoplasma

1. Protoplasma merupakan sistem Koloid

Di bawah mikroskop protoplasma tampak berbentuk cairan homogen yang jernih disebut hyaloplasma, dimana di dalamnya tersebar berbagai jenis bentuk butiran, kantung-kantung kecil (globul). Hialoplasma dikenal sebagai kinoplasma atau sitoplasma.

Para ahli berpendapat bahwa protoplasma merupakan sistem koloid. Ada dua teori yang menjelaskan protoplasma sebagai koloid, teori sistem koloid lama yaitu glubolar, alveolar, retikular dan granular dan teori sistem koloid modern diusung oleh RA Fisher, Hardy dan Wilson.

Menurut teori Granular (Altmann, 1892), protoplasma terdiri atas sejumlah butiran-butiran halus yang tersebar secara uniform dalam medium fluida yang homogen. Teori alveolar (Butschli, 1892), menyatakan bahwa protoplasma terdiri atas gelembung-gelembung atau alveoli fluida yang terdistribusi dalam fluida yang memiliki kepadatan yang lebih tinggi. Teori Fibriler (Fisher, 1894) dan Flemming (1897) menyatakan bahwa protoplasma terdiri sejumlah serat-serat halus atau sturktur mirip benang yang tersebar dalam media fluida. Teori terakhir adalah retilukar teori (Hanstein, Klein dan Carnoy) menyatakan bahwa protoplasma terdiri atas sejumlah serat-serat halus yang membentuk sebuah jaringan atau retikular dalam media fluida.


Teori Koloidal Modern  Adalah teori protoplasma modern yang digagas oleh RA Fisher (1894),
Hardy (1899) dan Wilson (1916). Menurut mereka protoplasma terdiri atas matriks fluid atau bahan dasar (fase liquid) dan fase dispersi dari granula dan globule. Partikel-partikel padat dan semipadat memiliki kisaran diameter antara 0.001 µ - 0,1 µ (1 µ= 1/1000 mm). Ukuran partikel-partikel ini terlalu besar untuk membentuk suspensi dan terlalu kecil untuk membentuk larutan, kondisi ini menyebabkan terbentuknya sebuah matrik yang berbentuk sistem koloid. Sistem koloid ini memilki dua fase, yaitu fase cair (sol) dimana koloid protoplasma banyak mengandung air dan ion-ion anorganik yang terlarut, garam dan molekul-molekul berukuran kecil. Fase terdispersi (gel) memiliki
molekul-molekul berukuran besar seperti, protein, lemak, karbohidrat. Kedua fase ini bisa bergantian karena sifat alami dari koloid.
GEL <=> SOL

Apakah perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi? Ada beberapa faktor yang membedakan ketiga jenis campuran di atas yaitu ukuran partikel terlarut, penampakan partikel, penampakan campuran dan kemampuan menyaring atau memfilter. Secara umum digambarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3. Perbedaan larutan, koloid dan suspensi



2. Protoplasma merupakan struktur yang kurang ber-massa

Di bawah mikroskop, protoplasma tampak sebagai struktur yang tidakmengandung apapun. Akan tetapi pada sel hewan, tidak pernah tampaktanpa struktur, dan protoplasmanya dapat dibedakan dengan tampaknyaberbagai jenis bagian yang membentuk berbagai jenis organel. Meskipun matriks protoplasma tampak tidak memiliki struktur yang visibel namun didalamnya bisa tampak butiran-butiran serta vakuola. Pada beberapa bagian sel lainnya, protoplasma tampak tidak berisi apapun. Secara optik, protoplasma tampak seluruhnya homogen, misalnya pada Pseudopodia dari Sarcodina.

3. Memiliki sifat kohesi

Berbagai jenis partikel terlarut dalam protoplasma. Partikel-partikel iniberbeda dalam jenis dan ukuran. Molekul-molekul ini terikat secara lemaholeh sebuah ikatan yang disebut ikatan van der Walls.

4. Memiliki sifat kontraktil

sifat lain dari protoplasma adalah bersifat kontraktil. Sifat ini dapat diamatipada sel-sel stomata tumbuhan dan sifat ini sangat penting dalampenyerapan dan pembuangan air yang ada dalam sitoplasma. Vakuolakontraktil pada kelompok protozoa merupakan salah satu contohnya.

5. Memiliki sifat kental (viskositas)

Ciri protoplasma yang penting untuk protoplasma adalah fenomena-fenomena adanya gerak Brown, gerak amuba dan adanya aliran sitoplasma.

a. Memiliki sifat gerak Brown

Sifat ini ditandai dengan adanya gerakan zig-zag dari partikel-partikelkoloid yang tersuspensi. Gerakan ini terjadi karena adanya peristiwatumbukan satu partikel atau molekul pada yang lainnya. Tipe gerakanpartikel ini pertama kali diamati oleh Robert Brown (1987) dalam larutan koloid dan sejak itu gerakan ini dikenal sebagai gerak Brown. Gerakan inidipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu maka semakin meningkat gerakanya hal ini dikarenakan menurunnya viskositas atau kekentalan.
Hal ini menunjukkan bahwa kekentalan sitoplasma menunjukkan kondisi protoplasma yang menunjukkan kondisi gel dan kekentalan rendah kondisinya mirip kondisi sol.

b. Gerak amuba
gerak amuba ini merupakan salah satu gerakan yang sering ditunjukkan oleh Amoeba dan protozoa lainnya. Gerakan ini pada dasarnya akibat dari kekentalan protoplasma. Perubahan yang terus menerus dari gel – sol atau sebaliknya bertanggung jawab dalam terbentuknya gerakan ini.

c. Aliran sitoplasma atau siklosis

Gerakan ini ditemukan pada Paramaecium atau sel Hydrilla. Penyebabgerakan sitoplasma ini belum jelas diketahui, tetapi apabila ada penuruna dalam metabolisme sel, maka pengurangan dalam siklosis. Sebaliknya meningkatnya metabolisme menyebabkan peningkatan dalam aliran sitopasma.

6. Memiliki tegangan permukaan

Tegangan permukaan merupakan salah satu sifat dari protoplasma.Senyawa lemak, protein yang ada dalam sitoplasma tegangan permukaannya kecil sehingga mereka ditemukan pada bagian permukaan
membentuk membran. Sebaliknya bahan-bahan kimia seperti NaCl dan senyawa lainnya memiliki tegangan permukaan yang besar sehingga mereka berada lebih dalam dalam protoplasma sel.

*Guru pembelajar

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....

Salam Pak Pandani

Lebih baru Lebih lama