JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER
KURIKULUM PENDIDIKAN
A. Salah satu fondasi kurikulum yang penting adalah landasan sosiologis-kultural.
1. Terangkan mengapa aspek sosiologis dan kultural menjadi suatu landasan kurikulum yang penting.
Jawab:
Mengingat pendidikan merupakan proses budaya (kultural) untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, maka aspek sosiologis dan kultural merupakan landasan yang penting dalam mengembangkan kurikulum. Landasan sosiologis menyangkut kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat. Kekuatan-kekuatan itu berkembang dan selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam konteks ini peserta didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina, dan dikembangkan sesuai dengan nilai budaya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia. Penerusan kebudayaan kepada anak-anak sebagai generasi penerus merupakan tujuan utama pendidikan. Nilai-nilai, kepercayaan dan norma-norma yang dianut masyarakat, dipelihara, dan diwariskan kepada generasi muda yang diwujudkan dalam kurikulum. Ini berarti bahwa studi tentang kurikulum berarti studi tentang masyarakat dan kebudayaan. Untuk itu kurikulum harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial dan budaya setempat.
Misalnya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sekarang, mempertimbangkan aspek sosial-budaya lingkungan suatu sekolah, dengan adanya matapelajaran muatan lokal.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengertian “kurikulum yang baik” dan “kurikulum yang tidak baik” dalam konteks landasan sosiologis kurikulum umumnya dan modal personality khususnya.
Jawab:
Menurut Zais (1976) Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dirancang terutama untuk mentransfer kebudayaan kepada generasi muda atau untuk mendorong perkembangan individu mereka. Jadi kajian tentang kurikulum pada dasarnya adalah kajian tentang masyarakat dan kebudayaan. Sedangkan kurikulum yang tidak baik adalah kurikulum yang melepaskan diri dari kondisi sosial dan budaya masyarakat, dan yang mengungkung diri dari suaatu budaya tertentu di masyarakat sehingga membentuk kelompok elit yang mengakibatkan peserta didik tidak dapat menyatu dengan kehidupan sosial masyarakat.
3. Terangkan pelajaran yang dapat kita petik dari tiga jenis personality, frontier personality, corporate personality, dan liberated personality yang muncul dalam sejarah perkembangan kurikulum di Amerika Serikat terhadap perkembangan kurikulum di Negara kita.
Jawab:
Frontier personality bergantung pada internalisasi individual dari nilai-nilai absolut tertentu, terutama kemandirian untuk mencapai keberhasilan di bidang sosial-ekonomi. Dengan demikian kurikulum di Amerika Serikat lebih menekankan kepada pencapaian intelektual (akademik) peserta didik. Pekerjaan guru adalah melihat bahwa para siswa mempelajari kurikulum bukan menjadikannya “relevan” atau bisa-dinikmati, dan murid tersebut pada gilirannya mengerti bahwa hanya otak dan kerja keras akan dapat mambuat mereka memperlihatkan skill dan kompetensi saat ujian tertulis.
Pelajaran yang dapat ditarik dari Frontier personality tersebut adalah guru dapat memperkuat kemampuan kognitif peserta didik, menanamkan nilai-nilai kejujuran, dan kesopanan, dan dapat memfokuskan pembelajaran akademik formal: membaca, menulis, dan aritmatika pada grade bawah; geometri, aljabar, kesusasteraan, sains, dan bahasa asing pada grade atas..
Corporate personality divalidasi dalam kelembagaan terhadap keadaan industri-teknologi. Whyte telah menggambarkan struktur karakter Amerika “normal” ini secara ringkas sebagai “manusia organisasi,” serta Riesman dan Riech, masing-masing telah menjulukinya “personalitas arahan-lain” dan “Kesadaran II. Jika frontier personality adalah bersifat impersonal dan menekankan akademik dan kepantasan, maka lawan korporatnya adalah sangat terpersonalisasi dan menekankan kerja sama. Secara tidak mengejutkan, guru korporat tidak menganggap dirinya ahli pokok mata ajaran seperti dengan spesialis dalam hubungan manusia. Secara umum, ia lebih konsen dengan kebutuhan, minat, dan problem emosional siswa dibanding berkenaan dengan IQ atau pencapaian intelektualnya.
Liberated personality, menurut Riech (1970), personalitas liberal (Kesadaran III) hidup dengan tiga perintah: (1) jujur pada diri sendiri; (2) tidak pernah menghakimi siapapun (3) jujur sepenuhnya dengan orang lain, tidak menggunakan orang lain sebagai alat. Komitmen lain dari personalitas liberal, menafsirkan sebagai tiadanya evaluasi dan grading (tingkatan) dalam sekolah alternatif. Sebagai akibatnya, bukan tidak lazim bagi siswa individual untuk menempati waktu sekolah dengan pencarian begitu beragam seperti membuat barang pecah-belah, menanam bunga dan sayuran, menulis puisi, membaca majalah, berbicara dengan teman, atau hanya berjalan-jalan sekitar halaman sekolah.
Pelajaran yang dapat dipetik dari tiga jenis personality tersebut adalah: bahwa perkembangan kurikulum di Negara kita mengakomodasi ketiga jenis tersebut, yaitu focus kurikulum adalah kemampuan akademik tanpa mengenyampingkan kemampuan kerjasama, dan bersikap jujur pada diri sendiri; tidak pernah menghakimi siapapun, dan jujur sepenuhnya dengan orang lain.
B. Psikologi memberi dampak yang besar pada kurikulum dan pembelajaran (learning). Berdasarkan hal itu, Maslow mengajukan teori motivasi yang tidak disadari manusia (unconsius psychological drives) dalam bertingkah laku dan bersikap.
1. Terangkan implikasi Teori Maslow dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran
Jawab:
Abraham Maslow, telah menyusun teori klasik tentang kebutuhan manusia. Menurutnya, berdasarkan hirarki kepentingannya, kebutuhan terdiri atas: kebutuhan fisik, kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan mengaktualisasikan diri, dan kebutuhan mengetahui dan memahami. Peran guru dan pembuat kurikulum dalam skema ini adalah memandang siswa sebagai orang yang utuh. Bagi Maslow, tujuan pendidikan adalah menghasilkan pembelajar yang sehat dan bahagia yang bisa menyempurnakan tugasnya; tumbuh, dan mengaktualisasikan dirinya sendiri.
Sehubungan dengan hal itu, Implementasi Teori Motivasi Maslow dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran adalah: dalam mengembangkan kurikulum harus memperhatikan potensi, kebutuhan, dan perkembangan peserta didik. Selanjutnya, dalam pembelajaran guru harus mampu memenuhi kebutuhan peserta didik sehingga hak belajar setiap peserta didik dapat dipenuhi. Untuk itu pembelajaran harus terpusat kepada siswa, peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai motivator, fasilitator, dan innovator perlu ditingkatkan, dengan cara demikian guru mampu memenuhi kebutuhan masing-masing individu peserta didik.
2. Kemukakan perbedaan pokok antara tingkah laku siswa sebagai akibat dari kekurangan motivasi (deficiency-motivated behavior) dan kecukupan motivasi (growth-mitivated behavior) dalam pembelajaran.
Jawab:
Siswa yang kurang motivasi (deficiency-motivated person), sebagai orang yang tertarik pada usaha pemenuhan kebutuhannya, cenderung berpikir dikotomi hitam-putih, buruk-jelek, dan lain-lain. Kebutuhan yang tidak dipenuhi memaksanya untuk mengabaikan atau menolak sesuatu yang tidak berkaitan dengan usaha pemenuhan kebutuhan yang tidak berhasil itu. Siswa yang belum terpenuhi kebutuhannya itulah yang disebut encapsulation, tidak sehat secara psikologis (Zais, hal 221). Sumber dari encapsulation adalah psikology (tidak terpenuhinya kebutuhan), siswa akan mencoba segala macam cara (trial and error) untuk memenuhi kebutuhannya. Jika tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, dia cenderung mencari pemenuhannya itu kepada orang lain (other directed personality). Hal ini menjadikan ia sangat tergantung kepada lingkungannya, misalnya dalam pembelajaran siswa tersebut sangat tergantung kepada guru ataupun temannya. Dia tidak mampu mengkonstruksi sendiri materi pembelajaran tanpa bantuan orang lain.
Sebaliknya, siswa bermotivasi untuk tumbuh (growth-motivated), dapat melihat dunia secara objektif dan lebih akurat, baik itu berupa orang atau benda. Siswa ini, terlihat sebagai individu yang utuh. Dia tidak suka dianggap sebagai benda yang berguna bagi suatu keperluan atau sebagai alat, karena itu dia tidak suka diperalat orang lain.
3. Jelaskan peran penting yang bisa dilakukan pendidik dalam mengembangkan kurikulum yang dapat membantu pengembangan siswa mampu mandiri agar bisa berkembang menjadi orang yang merealisasikan dirinya (a fully-functioning person) dalam setiap proses pembelajaran yang diikuti.
Jawab:
Peran penting pendidik dalam mengembangkan kurikulum yang dapat membantu pengembangan siswa mampu mandiri agar bisa berkembang menjadi orang yang merealisasikan dirinya (a fully-functioning person) dalam setiap proses pembelajaran yang diikuti adalah:
a. Guru harus berperan dalam mendisain kurikulum yang mampu mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh sebab itu disain kurikulum harus mampu menciptakan learning activities dalam pembelajaran.
b. Pendidik harus mampu mewujudkan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh sebab itu pembelajaran harus terpusat kepada siswa dengan menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif dengan pendekatan kontekstual.
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....
Salam Pak Pandani