Jakarta – Belmawa. Guru memegang peranan kunci dalam mencerdaskan bangsa, menjadikan bangsa menjadi maju dan sejahtera. Hal ini menjadi tantangan bagi LPTK untuk menyediakan guru yang profesional, yang mampu menyajikan pendidikan dan pembelajaran secara bermutu tinggi bagi mahasiswanya. “Penyiapan guru profesional adalah mutlak, LPTK harus menyiapkan pendidikan profesi guru yang bermutu tinggi,” demikian ujar Dr. Paristiyanti, Direktur Pembelajaran yang dikutip dalam sebuah acara. Undang-Undang No. 14 tahun 2005, pasal 8 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya, dalam pasal 10 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam hal adalah PPG.
Untuk mendukung tercapainya guru profesional dalam PPG, di Jakarta, Bank Dunia (World Bank) bekerjasama dengan Kemenristekdikti, Kemendikbud, Kemenag dan LPTK mengadakan workshop “Menyiapkan guru profesional melalui PPG serta identifikasi tantangan dan solusinya”, Selasa, 31 Oktober 2017. Menurut Word Bank, Indonesia harus mampu menyajikan pendidikan yang bermutu tinggi bagi para peserta didik, sehingga mereka akan berkembang secara optimal potensinya, tumbuh menjadi generasi yang maju, membangun negeri, merengkuh dan membangun kesejahteraan diri dan bangsa serta menentukan kejayaan Indonesia. Mutu PPG diharapkan mampu sejajar dengan mutu pendidikan guru di beberapa negara yang memang telah berkembang baik seperti di Finlandia.
Hadir beberapa nara sumber dari lingkup kebijakan yaitu Dr. paristiyanti Nurwardani (Kemenristekdikti), Dr. E. Nurzaman (Kemendikbud), Dra. Santi Ambarukni (Kemendikbud) dan perwakilan Kemenag, dengan topik bahasan kebijakan, implementasi dan tantangan PPG. Dihadirkan pula praktisi pendidikan yaitu Prof. Tom Lowrie dari University of Canberra yang menyajikan paparan tentang penalaran ruang (spatial reasoning) untuk peningkatan pembelajaran. Lalu, Prof. Nuryani Rustaman dari UPI tentang pembelajaran sains berbasis inkuiri.
Prof. Muchlas Samani Unesa berbicara soal jumlah guru negeri dan swasta yang aktif di Indonesia sekarang sebanyak 3.265.688 orang. Komposisinya yaitu 10% guru TK/PAUD, 50% guru SD, 20% guru SLTP, 9% guru SMK, 10% guru SMA dan 1% guru SLB. Setiap tahun jumlah guru pensiun rata-rata berjumlah 81.642 orang. Jadi puluhan ribu guru menjalani pensiun setiap tahunnya. Perlu regenerasi guru puluhan ribu pula, dan jumlah penyiapan yang paling besar adalah guru SD. LPTK harus menyiapkan program PPG untuk menghasilkan guru-guru profesional dalam jumlah puluhan ribu ini. Tugas LPTK sangat menantang dengan keadaan tersebut.
Proses pembelajaran peserta didik harus mereka rasakan hidup, memotivasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan mengembangkan prakarsa, kreativitas serta kemandirian sesuai dengan potensinya. Pembelajaran dengan prinsip “Student Centered Learning” dimana siswa menjadi aktor utama dalam pembelajaran agar siswa dapat meraih capaian pembelajaran secara optimal. Guru berperan aktif sebagai model yang baik atau menjadi teladan dalam pembelajaran dan pendidikan bagi siswa. Oleh karena itu, LPTK harus mampu menyelenggarakan PPG dengan mutu yang baik, agar lulusan PPG kelak mampu menyajikan proses pembelajaran seperti itu. LPTK jug harus mampu menghasilkan lulusan PPG dengan kemampuan profesional/akademik, kemampuan pedagogi disertai dengan karakter kepribadian dan sosial yang tinggi.
Harapan kita sebagai masyarakat tentu LPTK dapat menjawab tantangan ini, baik dalam penyajian PPG dengan mutu tinggi maupun dalam menghasilkan lulusan PPG profesional supaya terpenuhinya jumlah kebutuhan guru profesional di Indonesia. Beragam hal terkait kebijakan, regulasi, rekruitmen calon peserta PPG, kurikulum PPG, program PPG yang membumi (berbasis kebutuhan sekolah), tenaga dosen profesional, penjaminan mutu, lulusan PPG menjadi aspek penting dalam pengelolaan PPG. Semoga ini menjadi masukan bagi kementerian terkait dan LPTK dalam upaya meningkat mutu PPG. Pendidikan itu harus mampu menghasilkan guru yang bermutu tinggi untuk Indonesia maju.
Untuk mendukung tercapainya guru profesional dalam PPG, di Jakarta, Bank Dunia (World Bank) bekerjasama dengan Kemenristekdikti, Kemendikbud, Kemenag dan LPTK mengadakan workshop “Menyiapkan guru profesional melalui PPG serta identifikasi tantangan dan solusinya”, Selasa, 31 Oktober 2017. Menurut Word Bank, Indonesia harus mampu menyajikan pendidikan yang bermutu tinggi bagi para peserta didik, sehingga mereka akan berkembang secara optimal potensinya, tumbuh menjadi generasi yang maju, membangun negeri, merengkuh dan membangun kesejahteraan diri dan bangsa serta menentukan kejayaan Indonesia. Mutu PPG diharapkan mampu sejajar dengan mutu pendidikan guru di beberapa negara yang memang telah berkembang baik seperti di Finlandia.
Hadir beberapa nara sumber dari lingkup kebijakan yaitu Dr. paristiyanti Nurwardani (Kemenristekdikti), Dr. E. Nurzaman (Kemendikbud), Dra. Santi Ambarukni (Kemendikbud) dan perwakilan Kemenag, dengan topik bahasan kebijakan, implementasi dan tantangan PPG. Dihadirkan pula praktisi pendidikan yaitu Prof. Tom Lowrie dari University of Canberra yang menyajikan paparan tentang penalaran ruang (spatial reasoning) untuk peningkatan pembelajaran. Lalu, Prof. Nuryani Rustaman dari UPI tentang pembelajaran sains berbasis inkuiri.
Prof. Muchlas Samani Unesa berbicara soal jumlah guru negeri dan swasta yang aktif di Indonesia sekarang sebanyak 3.265.688 orang. Komposisinya yaitu 10% guru TK/PAUD, 50% guru SD, 20% guru SLTP, 9% guru SMK, 10% guru SMA dan 1% guru SLB. Setiap tahun jumlah guru pensiun rata-rata berjumlah 81.642 orang. Jadi puluhan ribu guru menjalani pensiun setiap tahunnya. Perlu regenerasi guru puluhan ribu pula, dan jumlah penyiapan yang paling besar adalah guru SD. LPTK harus menyiapkan program PPG untuk menghasilkan guru-guru profesional dalam jumlah puluhan ribu ini. Tugas LPTK sangat menantang dengan keadaan tersebut.
Proses pembelajaran peserta didik harus mereka rasakan hidup, memotivasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan mengembangkan prakarsa, kreativitas serta kemandirian sesuai dengan potensinya. Pembelajaran dengan prinsip “Student Centered Learning” dimana siswa menjadi aktor utama dalam pembelajaran agar siswa dapat meraih capaian pembelajaran secara optimal. Guru berperan aktif sebagai model yang baik atau menjadi teladan dalam pembelajaran dan pendidikan bagi siswa. Oleh karena itu, LPTK harus mampu menyelenggarakan PPG dengan mutu yang baik, agar lulusan PPG kelak mampu menyajikan proses pembelajaran seperti itu. LPTK jug harus mampu menghasilkan lulusan PPG dengan kemampuan profesional/akademik, kemampuan pedagogi disertai dengan karakter kepribadian dan sosial yang tinggi.
Harapan kita sebagai masyarakat tentu LPTK dapat menjawab tantangan ini, baik dalam penyajian PPG dengan mutu tinggi maupun dalam menghasilkan lulusan PPG profesional supaya terpenuhinya jumlah kebutuhan guru profesional di Indonesia. Beragam hal terkait kebijakan, regulasi, rekruitmen calon peserta PPG, kurikulum PPG, program PPG yang membumi (berbasis kebutuhan sekolah), tenaga dosen profesional, penjaminan mutu, lulusan PPG menjadi aspek penting dalam pengelolaan PPG. Semoga ini menjadi masukan bagi kementerian terkait dan LPTK dalam upaya meningkat mutu PPG. Pendidikan itu harus mampu menghasilkan guru yang bermutu tinggi untuk Indonesia maju.
Sumber: http://belmawa.ristekdikti.go.id/2017/11/06/menyongsong-pendidikan-profesi-guru-yang-bermutu-tinggi/
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....
Salam Pak Pandani