A.1. Menonton Video Pendek Diagram Gunung Es
Suka atau tidak, di luar kelebihan dan kelemahannya, baik atau tidak karakternya, guru sudah terlanjur dipandang sebagai orang yang dapatditeladani di tengah masyarakat kita. Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Kini, pilihannya adalahmemanfaatkan kesempatan itu dengan sengaja atau membiarkannya lewatbegitu saja dan tidak melakukan apa-apa. Menjadi teladan harus diusahakan secara sadar.
Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.
Guru adalah tukang kebun, yang merawat tumbuhnya nilai-nilai kebaikan di dalam diri murid-muridnya. Guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan lingkungan di mana murid berproses menumbuhkan nilai-nilai dirinya tersebut. Dengan demikian, guru patut mengembangkan lingkungan yang sifatnya fisik (ekstrinsik) dan yang sifatnya psikis (intrinsik).
Emosi adalah bagian utama dari lingkungan yang sifatnya psikis dan intrinsik yang dapat dipengaruhi dan harus dipertimbangkan pengembangannya oleh guru. Dalam rangkaian modul Pendidikan Guru Penggerak ini aspek emosi akan dibahas tersendiri dengan lebih detail dalam modul Pembelajaran Sosial Emosional.
A.2 Menonton video pendek Eskalator dan Cara Kerja Otak
Lewat video ini Anda diajak mengeksplorasi dua sistem kerja otak “3-in-1” manusia secara singkat untuk memelajari bagaimana manusia tergerak, bergerak, dan menggerakkan. Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih untuk bergerak dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain.
A.3. Mengenali “Bagaimana Manusia Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan”.
Paparan tersebut akan mengajak Anda melihat kenyataan bahwa, di balik kecanggihan otak manusia, ternyata ada bagian-bagian yang masih menyerupai otak Reptil, otak Mamalia, dan Primata. Anda akan diajak memvisualisasikan otak kita yang umumnya berukuran lebih-kurang sebesar dua kepal tangan Anda sendiri. Pergelangan tangan diumpamakan sebagai batang otak, jempol yang disembunyikan dalam 4 jemari lainnya diumpamakan sebagai sistem limbik (amigdala), dan 4 jemari lain sebagai otak eksekutif atau otak luhur (neocortex).
Gambar 3. Perumpamaan Otak dengan Tangan
- Batang otak mengelola semua otomasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak. Bagian otak ini selalu menganggap semua adalah ancaman hingga terbukti aman. Bagian otak ini menyerupai otak Reptil.
- Sistem limbik (amigdala) yang menyerupai otak Mamalia ini, bertanggung jawab soal emosi. Letaknya begitu dalam di otak kita sehingga seringkali mampu mengambil alih kendali diri seseorang. Terlukanya perasaan jauh lebih sakit dan lama sembuhnya ketimbang luka fisik biasa. Otak Reptil dan Mamalia tersebut memiliki kecenderungan alamiah yang sama yaitu: sebanyak mungkin mengkonservasi energi melalui otomasi, auto pilot.
- Otak berpikir, yang terdiri dari otak Primata (bagian gerak kompleks, rekayasa penggunaan alat) dan berada dalam satu kesatuan dengan otak manusia, otak luhur, atau neocortex yang tugasnya berpikir strategis, kreatif, metakognitif. Ini adalah kekuatan, namun karena kerja itu semua memakan banyak sekali energi, maka hal ini pun sekaligus menjadi kelemahan. Jadi, perlu diingat bahwa secara alamiah kita mempunyai kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih cepat bereaksi dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman.
Kabar baiknya, otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar. Tidak statis tapi elastis. Dengan demikian, penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur (manusia) dapat kita pelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem berpikir cepat (otak Reptil & Mamalia) mengambil alih kendali diri kita.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, kita sudah menyelesaikan bagian pertama dari Eksplorasi Konsep. KIta sudah memahami bagaimana suatu nilai dapat muncul dalam diri individu, dan bagaimana nilai dapat tumbuh dalam diri individu tersebut. Semoga materi ini bisa membantu Anda sekalian dalam menumbuhkan nilai-nilai positif untuk murid-murid Anda. Sekarang mari kita bergerak untuk lebih mengenal nilai dan peran-peran dari seorang Guru Penggerak. Selamat belajar!
*Catatan CGP
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....
Salam Pak Pandani