Tujuan Pembelajaran Khusus:
Lihatlah beberapa peraturan yang tercantum di bawah ini!
Tuliskan keyakinan kelas atau nilai kebajikan yang dituju dari peraturan yang tercantum di bagian sisi kiri. Adapun nilai-nilai kebajikan yang diterima secara universal lepas dari latar belakang budaya, bahasa, suku bangsa, maupun agama berupa hal-hal seperti keadilan, kehormatan, peduli, integritas, kejujuran, pelayanan, keamanan, kesabaran, tanggung jawab, mandiri, berprinsip, keselamatan, kesehatan, dan masih banyak lagi nilai-nilai kebajikan universal. Peraturan-peraturan yang tercantum di sisi kiri tidak terbatas pada peraturan yang ditemui di kelas atau sekolah, namun peraturan yang biasa kita temui di sekeliling kita.
Tuliskan jawaban Anda pada kolom kosong yang disediakan!
Kembalikan barang ke tempatnya..... (Bertanggung jawab)
Dilarang Mengganggu Orang Lain.... (Saling Menghormati)
Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.... (Menghormati Orang Lain, Komitmen)
Dilarang Melakukan Kekerasan Keamanan.... (Saling Menghormati)
Dilarang Menggunakan Narkoba ....(Kesehatan)
Bergantian atau menunggu giliran.... (Menghormati Orang Lain, Berempati)
Dilarang Merokok Kesehatan,..... (Menghormati Orang Lain)
Gunakan masker Kesehatan,..... (Keamanan)
Berjalan di kelas dan koridor Keamanan, ....(Keselamatan)
Prosedur Pembentukan Keyakinan Kelas:
Agar semua warga kelas dapat memahami setiap pernyataan yang telah tercantum dalam keyakinan kelas, maka selama seminggu di awal tahun ajaran baru dapat didedikasikan untuk pendalaman setiap keyakinan dengan berbagai kegiatan.
a) Kegiatan Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti:
Anggota kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok diberikan kertas. Salah satu anggota kelompok membuat hurut T kapital yang besar (Tabel T). Guru memberikan salah satu ‘keyakinan kelas’ kepada setiap kelompok. Dua kelompok bisa mendapatkan keyakinan yang sama bila ada 10 kelompok. Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk bercurah pendapat tentang keyakinan tersebut, tampak seperti apa, tampak tidak seperti apa. Kemudian hasil curah pendapat setiap kelompok dipresentasikan pada kelompok besar, dan kertasnya ditempel di sekeliling dinding kelas untuk dapat dilihat setiap warga kelas agar menguatkan pemahaman.
Contoh
Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti (Tabel T) dari Keyakinan Kelas 7:
Sekarang tugas mandiri Anda adalah, silahkan coba melakukan pemetaan seperti kegiatan sebelumnya.
Tersedia 2 butir Keyakinan Kelas 5 (lihat contoh) yang disediakan dalam bentuk Tabel T. Tuliskan gagasan-gagasan Anda tentang contoh perwujudan dari 2 keyakinan tersebut, tampak seperti apa dan tidak tampak seperti apa?
Selanjutnya isilah bagaimana perwujudan dari Keyakinan Kelas 1 berikut: "setiap anggota kelas melakukan tugas". Tuliskan apa yang ingin Anda dengar, lihat, dan lakukan dalam format Tabel Y, seperti di bawah:
Salah satu kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk memperdalam keyakinan kelas, adalah mempelajari tanggung jawab setiap warga kelas. Keyakinan bertanggung jawab serta hak seseorang adalah sesuatu yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang menumbuhkan murid yang merdeka:
“...beratlah kemerdekaan itu! bukan hanya tidak terperintah saja, akan tetapi harus juga dapat menegakkan dirinya dan mengatur perikehidupannya dengan tertib. dalam hal ini termasuklah juga mengatur tertibnya perhubungan dengan kemerdekaan orang lain (Ki Hadjar Dewantara, buku kuning, hal.4.)
Pada pekan pendalaman Keyakinan Kelas, maka murid-murid dapat diajak berdiskusi tentang tanggung jawab dan hak masing-masing warga kelas, yaitu apa Tugas Guru dan Bukan Tugas Guru serta Apa Tugas Murid atau Bukan Tugas Murid. Berikut adalah langkah yang dapat dilakukan dalam mendiskusikan hal tersebut:
Contoh (hasil curah pendapat guru dan murid-muridnya)
Tugas Saya (Guru)-Tugas Kamu (Murid) (Kelas 4-8)
Tugas Anda
Coba Anda lakukan kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu dengan murid-murid di sekolah Anda, atau bisa juga dilakukan dengan anak-anak Anda di rumah (menjadi: Tugas Orang Tua-Tugas Anak). Bercurah pendapat tentang tugas masing-masing warga kelas atau rumah untuk membangun lingkungan positif yang aman dan nyaman, yang selanjutnya menjadi suatu budaya positif.
Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas, bilamana ada suatu pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi. Untuk itu kita perlu meninjau ulang penerapan penegakan peraturan atau keyakinan kelas kita selama ini. Penerapan terhadap suatu pelanggaran bisa dalam bentuk hukuman atau sanksi, atau berupa Restitusi. Namun sebelum kita melangkah kepada penerapan Restitusi, kita perlu bertanya adakah perbedaan antara hukuman dan Sanksi? Bila sama, di mana persamaannya? Bila berbeda, bagaimana perbedaannya? Perlu ditambahkan bahwa bentuk sanksi untuk lingkungan pendidikan disesuaikan menjadi konsekuensi. Pemahaman konsekuensi adalah bahwa dalam setiap tindakan atau perbuatan, pasti akan berkonsekuensi, baik atau kurang baik. Di bawah ini akan ditunjukkan bagan perbedaan hukuman dan konsekuensi serta restitusi.
Bila kita melihat bagan di bawah ini, disiplin merupakan identitas berhasil (sukses) dan hukuman merupakan identitas gagal. Disiplin di sini terbagi dua bagian yaitu Disiplin dengan Sanksi/Konsekuensi dan Disiplin dengan Restitusi, yang selanjutnya akan dijelaskan dengan lebih rinci di bagian 2.5 dan 2.6.
Berdasarkan bagan di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa suatu diskusi atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun verbal dan murid disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.
Sementara disiplin dengan bentuk sanksi atau konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati. Sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Biasanya pembentukan sanksi atau konsekuensi dibentuk oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sanksi/konsekuensi yang akan diterima. Pada sanksi/konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi atau sanksi biasanya diberikan berdasarkan suatu pengukuran, misalnya: setelah 3 kali ditegur di kelas oleh guru karena tugasnya belum selesai, atau mengobrol, maka murid akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya. Peraturan ini sudah diketahui oleh murid dan diketahui sebelumnya. Guru senantiasa perlu memonitor murid.
Setelah membaca bagan tentang perbedaan Hukuman, Sanksi/Konsekuensi dan Restitusi, maka isi poin-poin di bawah ini, kira-kira bila seorang guru/orang tua melakukan tindakan yang mana, apakah tindakan tersebut berupa sebuah hukuman atau sanksi/konsekuensi?
Pertanyaan Pemantik:
Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
Ibu Anas guru kelas 2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa tertib berdiri antri di depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam kelas setelah jam istirahat usai. Ini tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran dimana kelas tidak dapat mulai tepat waktu karena Ibu Anas sibuk menenangkan murid-muridnya untuk waktu cukup lama. Akhirnya Bu Anas berpikir cepat, dan mengandalkan stiker bintang. Setiap murid-muridnya akan masuk kelas usai jam istirahat, Bu Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya dengan stiker bintang. “Siapa yang dapat berdiri lurus dan rapi antre di depan pintu, dapat bintang dari Bu Anas!” Sebagian murid-muridnya menyambut tantangan tersebut, dan langsung berdiri rapi di depan pintu diikuti teman-temanya yang lain, agar mendapatkan stiker bintang. Hal ini terus dilakukan Bu Anas selama beberapa minggu, karena cukup berhasil membuat murid-muridnya berdiri rapi antre di depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang stiker bintang, dan benar saja, pada saat mau masuk ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas, tanpa antri, karena Pak Heru tidak memberikan stiker bintang.
Jawablah ketiga pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.
Riset I: Dalam sebuah percobaan, sekelompok anak laki-laki berusia sekitar 9 tahun diminta untuk melihat gambar-gambar wajah yang ditampilkan di layar, dan mereka harus memberitahukan jika wajah-wajah tersebut sama atau berbeda. Gambar-gambar tersebut hampir sama. Beberapa dari mereka diberi penghargaan (dalam bentuk uang) pada saat mereka memberikan jawaban benar, sementara sebagian yang lain tidak.
Hasil: Anak laki-laki yang dibayar membuat lebih banyak kesalahan.
Riset II: Anak-anak diminta mengingat kata-kata tertentu, kemudian mereka diminta mengambil kartu yang berisi kata-kata yang diingat tersebut setiap kali muncul. Beberapa anak diberikan permen setiap mereka memberikan jawaban yang benar, dan sebagian yang lain hanya diberitahu saja bila jawaban mereka benar.
Hasil: Anak-anak yang mendapatkan permen jawabannya banyak yang tidak tepat dibandingkan anak-anak yang hanya diberitahu jawabannya benar.
Penghargaan Menghukum
Disadur dari materi pelatihan ‘Dihukum oleh Penghargaan’, Yayasan Pendidikan Luhur-Foundation for Excellence in Education, 2006.
- CGP dapat memahami pentingnya memiliki keyakinan kelas sebagai fondasidan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalammemecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas.
- CGP dapat memahami proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke keyakinan kelas.
- CGP akan dapat berpikir kritis, kreatif, reflektif, dan terbuka dalam menggalinilai keyakinan-keyakinan pada lingkungan mereka masing-masing.
Pertanyaan Pemantik:
- Mengapa Keyakinan Kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja?
- Mengapa adanya Keyakinan Kelas penting untuk terbentuknya sebuah budaya positif?
- Bagaimana mewujudkan sebuah Keyakinan Kelas yang efektif?
Bapak dan Ibu para calon guru penggerak,
Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Untuk terbentuknya budaya positif pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas. Hal iniberkaitan dengan modul 1.2 dan modul 1.3 yang membahas tentang nilai-nilai kebajikan dan visi sebuah sekolah yang perlu ada untuk menentukan arah tujuan dari sebuah institusi/sekolah. Penyatuan pemikiran untuk mendapatkan nilai-nilai kebajikan serta visi sekolah tersebut kemudian diturunkan di kelas-kelas menjadi keyakinan kelas yang disepakati bersama.
Mengapa keyakinan kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja?
Pertanyaan berikut adalah, “Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat mengendarai kendaraan roda dua/motor?” Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk ‘keselamatan’. Pertanyaan berikut adalah, “Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat?” Mungkin jawaban Anda adalah “untuk kesehatan dan/atau keselamatan”.
Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu.
Pembentukan Keyakinan Kelas:
- Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
- Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
- Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
- Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
- Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
- Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
- Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Lihatlah beberapa peraturan yang tercantum di bawah ini!
Tuliskan keyakinan kelas atau nilai kebajikan yang dituju dari peraturan yang tercantum di bagian sisi kiri. Adapun nilai-nilai kebajikan yang diterima secara universal lepas dari latar belakang budaya, bahasa, suku bangsa, maupun agama berupa hal-hal seperti keadilan, kehormatan, peduli, integritas, kejujuran, pelayanan, keamanan, kesabaran, tanggung jawab, mandiri, berprinsip, keselamatan, kesehatan, dan masih banyak lagi nilai-nilai kebajikan universal. Peraturan-peraturan yang tercantum di sisi kiri tidak terbatas pada peraturan yang ditemui di kelas atau sekolah, namun peraturan yang biasa kita temui di sekeliling kita.
Tuliskan jawaban Anda pada kolom kosong yang disediakan!
Kembalikan barang ke tempatnya..... (Bertanggung jawab)
Dilarang Mengganggu Orang Lain.... (Saling Menghormati)
Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.... (Menghormati Orang Lain, Komitmen)
Dilarang Melakukan Kekerasan Keamanan.... (Saling Menghormati)
Dilarang Menggunakan Narkoba ....(Kesehatan)
Bergantian atau menunggu giliran.... (Menghormati Orang Lain, Berempati)
Dilarang Merokok Kesehatan,..... (Menghormati Orang Lain)
Gunakan masker Kesehatan,..... (Keamanan)
Berjalan di kelas dan koridor Keamanan, ....(Keselamatan)
Prosedur Pembentukan Keyakinan Kelas:
- Mempersilakan murid-murid di kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di kelas.
- Mencatat semua masukan-masukan para murid di papan tulis atau di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas bisa melihat hasil curah pendapat.
- Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Kelas’. Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif. Contoh: Kalimat negatif : Jangan berlari di kelas atau koridor. Kalimat positif: Berjalanlah di kelas atau koridor.
- Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Anda mungkin akan mendapati bahwa pernyataan yang tertulis di sana masih banyak yang berupa peraturan-peraturan. Selanjutnya, ajak murid-murid untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang menjadi inti dari peraturan tersebut. Contoh: Berjalan di kelas, Dengarkan Guru, Datanglah tepat waktu bisa disarikan menjadi 1 Keyakinan, yaitu keyakinan untuk Saling Menghormati atau nilai kebajikan Hormat. Keyakinan inilah yang dijadikan daftar untuk disepakati. Kegiatan ini juga merupakan peralihan dari bentuk peraturan ke keyakinan kelas.
- Tinjau ulang Keyakinan Kelas secara bersama-sama. Seharusnya setelah beberapa peraturan telah disatukan menjadi beberapa keyakinan maka jumlah butir pernyataan keyakinan akan berkurang. Sebaiknya keyakinan kelas tidak terlalu banyak, bisa berkisar antara 3-7 prinsip/keyakinan. Bilamana terlalu banyak, maka warga kelas akan sulit mengingatnya.
- Setelah keyakinan kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan kelas tersebut, termasuk guru dan semua murid.
- Keyakinan Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.
a) Kegiatan Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti:
Anggota kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok diberikan kertas. Salah satu anggota kelompok membuat hurut T kapital yang besar (Tabel T). Guru memberikan salah satu ‘keyakinan kelas’ kepada setiap kelompok. Dua kelompok bisa mendapatkan keyakinan yang sama bila ada 10 kelompok. Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk bercurah pendapat tentang keyakinan tersebut, tampak seperti apa, tampak tidak seperti apa. Kemudian hasil curah pendapat setiap kelompok dipresentasikan pada kelompok besar, dan kertasnya ditempel di sekeliling dinding kelas untuk dapat dilihat setiap warga kelas agar menguatkan pemahaman.
Contoh
Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti (Tabel T) dari Keyakinan Kelas 7:
Sekarang tugas mandiri Anda adalah, silahkan coba melakukan pemetaan seperti kegiatan sebelumnya.
Tersedia 2 butir Keyakinan Kelas 5 (lihat contoh) yang disediakan dalam bentuk Tabel T. Tuliskan gagasan-gagasan Anda tentang contoh perwujudan dari 2 keyakinan tersebut, tampak seperti apa dan tidak tampak seperti apa?
Selanjutnya isilah bagaimana perwujudan dari Keyakinan Kelas 1 berikut: "setiap anggota kelas melakukan tugas". Tuliskan apa yang ingin Anda dengar, lihat, dan lakukan dalam format Tabel Y, seperti di bawah:
Salah satu kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk memperdalam keyakinan kelas, adalah mempelajari tanggung jawab setiap warga kelas. Keyakinan bertanggung jawab serta hak seseorang adalah sesuatu yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang menumbuhkan murid yang merdeka:
“...beratlah kemerdekaan itu! bukan hanya tidak terperintah saja, akan tetapi harus juga dapat menegakkan dirinya dan mengatur perikehidupannya dengan tertib. dalam hal ini termasuklah juga mengatur tertibnya perhubungan dengan kemerdekaan orang lain (Ki Hadjar Dewantara, buku kuning, hal.4.)
Pada pekan pendalaman Keyakinan Kelas, maka murid-murid dapat diajak berdiskusi tentang tanggung jawab dan hak masing-masing warga kelas, yaitu apa Tugas Guru dan Bukan Tugas Guru serta Apa Tugas Murid atau Bukan Tugas Murid. Berikut adalah langkah yang dapat dilakukan dalam mendiskusikan hal tersebut:
- Guru akan membuat bagan berisi 4 kotak.
- Masing-masing kotak diisi judul: Guru-Tugasnya..., Murid-Tugasnya..., Guru-Tugasnya Bukan.., Murid-Tugasnya Bukan...
- Guru bercurah pendapat dengan dua cara:
- Mengajak murid berpndapat secara individu, atau
- Membagi murid dalam 4 atau 8 kelompok, dan setiap kelompok diberikan tugas bercurah pendapat tentang masing-masing tugas/bukan tugas guru maupun murid.
Contoh (hasil curah pendapat guru dan murid-muridnya)
Tugas Saya (Guru)-Tugas Kamu (Murid) (Kelas 4-8)
Tugas Anda
Coba Anda lakukan kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu dengan murid-murid di sekolah Anda, atau bisa juga dilakukan dengan anak-anak Anda di rumah (menjadi: Tugas Orang Tua-Tugas Anak). Bercurah pendapat tentang tugas masing-masing warga kelas atau rumah untuk membangun lingkungan positif yang aman dan nyaman, yang selanjutnya menjadi suatu budaya positif.
Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas, bilamana ada suatu pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi. Untuk itu kita perlu meninjau ulang penerapan penegakan peraturan atau keyakinan kelas kita selama ini. Penerapan terhadap suatu pelanggaran bisa dalam bentuk hukuman atau sanksi, atau berupa Restitusi. Namun sebelum kita melangkah kepada penerapan Restitusi, kita perlu bertanya adakah perbedaan antara hukuman dan Sanksi? Bila sama, di mana persamaannya? Bila berbeda, bagaimana perbedaannya? Perlu ditambahkan bahwa bentuk sanksi untuk lingkungan pendidikan disesuaikan menjadi konsekuensi. Pemahaman konsekuensi adalah bahwa dalam setiap tindakan atau perbuatan, pasti akan berkonsekuensi, baik atau kurang baik. Di bawah ini akan ditunjukkan bagan perbedaan hukuman dan konsekuensi serta restitusi.
Bila kita melihat bagan di bawah ini, disiplin merupakan identitas berhasil (sukses) dan hukuman merupakan identitas gagal. Disiplin di sini terbagi dua bagian yaitu Disiplin dengan Sanksi/Konsekuensi dan Disiplin dengan Restitusi, yang selanjutnya akan dijelaskan dengan lebih rinci di bagian 2.5 dan 2.6.
Berdasarkan bagan di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa suatu diskusi atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun verbal dan murid disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.
Sementara disiplin dengan bentuk sanksi atau konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati. Sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Biasanya pembentukan sanksi atau konsekuensi dibentuk oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sanksi/konsekuensi yang akan diterima. Pada sanksi/konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi atau sanksi biasanya diberikan berdasarkan suatu pengukuran, misalnya: setelah 3 kali ditegur di kelas oleh guru karena tugasnya belum selesai, atau mengobrol, maka murid akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya. Peraturan ini sudah diketahui oleh murid dan diketahui sebelumnya. Guru senantiasa perlu memonitor murid.
Setelah membaca bagan tentang perbedaan Hukuman, Sanksi/Konsekuensi dan Restitusi, maka isi poin-poin di bawah ini, kira-kira bila seorang guru/orang tua melakukan tindakan yang mana, apakah tindakan tersebut berupa sebuah hukuman atau sanksi/konsekuensi?
Pertanyaan Pemantik:
Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
Ibu Anas guru kelas 2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa tertib berdiri antri di depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam kelas setelah jam istirahat usai. Ini tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran dimana kelas tidak dapat mulai tepat waktu karena Ibu Anas sibuk menenangkan murid-muridnya untuk waktu cukup lama. Akhirnya Bu Anas berpikir cepat, dan mengandalkan stiker bintang. Setiap murid-muridnya akan masuk kelas usai jam istirahat, Bu Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya dengan stiker bintang. “Siapa yang dapat berdiri lurus dan rapi antre di depan pintu, dapat bintang dari Bu Anas!” Sebagian murid-muridnya menyambut tantangan tersebut, dan langsung berdiri rapi di depan pintu diikuti teman-temanya yang lain, agar mendapatkan stiker bintang. Hal ini terus dilakukan Bu Anas selama beberapa minggu, karena cukup berhasil membuat murid-muridnya berdiri rapi antre di depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang stiker bintang, dan benar saja, pada saat mau masuk ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas, tanpa antri, karena Pak Heru tidak memberikan stiker bintang.
Jawablah ketiga pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.
- Menurut Anda apa yang terjadi pada cerita Ibu Anas dengan murid kelas 2?
- Berdasarkan teori motivasi yang telah Anda pelajari pada pembelajaran 2.2, kira-kira apa motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas?
- Adakah cara lain agar murid kelas 2 bersedia antre di depan kelas tanpa diberi penghargaan stiker bintang?
Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah penghargaan sesungguhnya.
Kohn selanjutnya juga mengemukakan beberapa alasan mengapa penghargaan justru sama seperti menghukum seseorang.
Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Kohn selanjutnya juga mengemukakan beberapa alasan mengapa penghargaan justru sama seperti menghukum seseorang.
Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
- Penghargaan berlaku untuk mendapatkan seseorang melakukan sesuatu dalam jangka waktu pendek.
- Jika kita menggunakan penghargaan lagi, dan lagi, maka orang tersebut akan bergantung pada penghargaan yang diberikan, serta kehilangan motivasi dari dalam.
- Jika kita mendapatkan penghargaan untuk melakukan sesuatu yang baik, maka selain kita senantiasa berharap mendapatkan penghargaan tersebut lagi, kita pun menjadi tidak menyadari tindakan baik yang kita lakukan.
- Suatu penghargaan adalah suatu benda atau peristiwa yang diinginkan, yang dibuat dengan persyaratan: Hanya jika Anda melakukan hal ini, Anda akan mendapatkan penghargaan yang diinginkan.
- Jika saya mengharapkan suatu penghargaan dan tidak mendapatkannya, maka saya akan kecewa dan berkecil hati, serta kemungkinan lain kali saya tidak akan berusaha sekeras sebelumnya.
- Jika kita memberikan seseorang suatu penghargaan untuk melakukan sesuatu, maka kita harus terus menerus memberikan penghargaan itu jika kita ingin orang tersebut meneruskan perilaku yang kita inginkan.
- Orang yang berusaha berhenti merokok, atau orang yang berusaha diet menguruskan badan bila diberikan penghargaan tidak akan berhasil.
- Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang diberikan penghargaan tersebut.
- Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada murid-muridnya, besar kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya. Mereka tidak akan bersikap jujur kepada guru tersebut.
- Penghargaan menciptakan persaingan di dalam kelas, dan persaingan menciptakan kecemasan.
- Mereka yang percaya bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan akan berhenti mencoba.
Riset I: Dalam sebuah percobaan, sekelompok anak laki-laki berusia sekitar 9 tahun diminta untuk melihat gambar-gambar wajah yang ditampilkan di layar, dan mereka harus memberitahukan jika wajah-wajah tersebut sama atau berbeda. Gambar-gambar tersebut hampir sama. Beberapa dari mereka diberi penghargaan (dalam bentuk uang) pada saat mereka memberikan jawaban benar, sementara sebagian yang lain tidak.
Hasil: Anak laki-laki yang dibayar membuat lebih banyak kesalahan.
Riset II: Anak-anak diminta mengingat kata-kata tertentu, kemudian mereka diminta mengambil kartu yang berisi kata-kata yang diingat tersebut setiap kali muncul. Beberapa anak diberikan permen setiap mereka memberikan jawaban yang benar, dan sebagian yang lain hanya diberitahu saja bila jawaban mereka benar.
Hasil: Anak-anak yang mendapatkan permen jawabannya banyak yang tidak tepat dibandingkan anak-anak yang hanya diberitahu jawabannya benar.
Penghargaan Menghukum
- Penghargaan menghukum mereka yang tidak mendapatkan penghargaan. Misalnya dalam sistem ‘ranking’. Mereka yang mendapatkan ranking kedua akan merasa ‘dihukum’.
- Penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena keduanya mencoba mengendalikan perilaku seseorang.
- Karena orang pada dasarnya tidak suka dikendalikan, dalam jangka waktu lama, penghargaan akan terlihat sebagai hukuman.
- Jika suatu penghargaan diharapkan, namun Anda tidak mendapatkannya, Anda akan merasa dihukum.
Disadur dari materi pelatihan ‘Dihukum oleh Penghargaan’, Yayasan Pendidikan Luhur-Foundation for Excellence in Education, 2006.
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....
Salam Pak Pandani