Belmawa - Guru dan Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) semakin mendapatkan perhatian dari pemerintah saat ini. Tanpa guru yang berkualitas, bisa dibayangkan bagaimana jadinya anak-anak Indonesia bersaing khususnya di era globalisasi ini. Dengan sebuah tekad yang kuat, pemerintah sejak tahun 2009 menempatkan pembangunan pendidikan menjadi sektor prioritas, dengan tujuan menghasilkan SDM yang berkualitas untuk pembangunan nasional. Dengan pendanaan yang memadai, maka perbaikan pendidikan yang dimulai dengan kualitas dan profesionalisme guru, peningkatan kualitas LPTK, perbaikan sarana dan prasarana belajar, kesejahteraan guru, sampai dengan penyediaan buku pelajaran murah/terjangkau terus diupayakan oleh pemerintah.
Penyediaan guru sekolah menjadi tugas utama dari LPTK. “Untuk menghasilkan guru yang berkualitas, LPTK harus direvitalisasi”, demikian ditegaskan oleh Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Intan Ahmad dalam acara Penandatanganan Kontrak dengan 20 LPTK penyelenggara Pendidikan Profesi Guru (PPG) pada tanggal 23 Februari 2016 di Jakarta. Lebih jauh dikatakan bahwa ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi agar proses pendidikan calon guru berjalan dengan baik, sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Salah satu yang paling disoroti oleh Intan Ahmad adalah seleksi terhadap calon guru. Mengapa Finlandia menghasilkan guru yang luar biasa? Karena mereka yang mengikuti pendidikan guru di Finlandia adalah mereka yang menempati ranking top tenlulusan sekolah lanjutan tingkat atas. Itu artinya merekalah yang menjadi bibit unggul yang terkualifikasi menjadi guru professional, tegas Intan Ahmad. Belajar dari bangsa lain, LPTK memiliki tugas dan tantangan yang berat untuk menyiapkan pendidikan profesi guru dengan beragam latar belakang mahasiswanya.
Foto: Belmawa RistekDikti |
Di saat yang sama, Sekretaris Ditjen. Belmawa, Sutrisna Wibawa menegaskan bahwa revitalisasi LPTK dan program PPG menjadi bagian penting dari program Kementerian Ristekdikti. Menurut Sutrisna Wibawa, kemungkinan kita akan buat program PPG seperti kedokteran. Jadi harus ada sertifikat profesi dan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan LPTK dan Organisasi Profesi, Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T) menjadi semacam internship untuk kedokteran. Sutrisna Wibawa juga memberi arahan agar anggaran yang akan diberikan kepada LPTK supaya dikelola dengan baik, tanggung jawab keuangan ada di LPTK, Kementerian Ristekdikti hanya bagian monitoring saja. Beberapa kendala penyelenggaraan PPG sebelumnya baik yang berkaitan dengan administrasi keuangan maupun penyelenggaraan pembelajaran, menjadi bahan perbaikan untuk penyelenggaraan PPG tahun yang akan datang.
Sementara itu, Direktur Pembelajaran, Paristiyanti Nurwardani sebagai penanggung jawab kegiatan mengharapkan Indonesia suatu saat bisa “mengekspor” guru-guru ke luar negeri (workers mobility). Oleh karena itu, Ditjend. Belmawa telah menyiapkan program-program menarik untuk peningkatan kualitas mahasiswa termasuk dosen LPTK. “Untuk itu Kita sudah menyiapkan 150 orang student mobility. Kalau ada nilai TOEFL nya 550 atau nilai IELTS nya 6, mereka akan dikirim untuk ikut Kredit Transfer selama satu semester, tegas Paristiyanti”. Disampaikan pula bahwa Ditjend. Belmawa sudah melakukan negosiasi dengan Finlandia, Michigan University USA dan Korea Selatan sebagai tujuan kredit transfer.
Disaksikan Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 20 LPTK berkomitmen dan siap menyelenggarakan PPG dengan melakukan Penandatanganan Kontrak SM3T Angkatan V, PPGT Angkatan I Prodi SMK, PPGT Angkatan II dan III Prodi PGSD dan SMK. Dari Kementerian Ristekdikti penandatanganan dilakukan oleh Sekretaris Ditjend Belmawa sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Sumber: Belmawa Ristekdikti
(Henri-Edo/editor/HKLI)
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....
Salam Pak Pandani