TIM dari Bidang Pendidikan PAUD dan SD pada Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayaan (Dispendasbud) Kabupaten Mimika menemukan hal yang mengejutkan saat monitoring aktivitas belajar dan mengajar di sekolah-sekolah yang ada di Pesisir Mimika, 24-26 Oktober lalu.
Dari penelusuran di dua kampung yang ada di Distrik Jita, tim yang dipimpin Kabid PAUD dan SD Dispendasbud Mimika, Levina M Kondologit, SPd, menemukan dua kampung yang tidak berpenghuni. Demikian halnya dengan sekolah di kampung tersebut, juga tidak aktif.
Dua daerah yang dimaksud adalah Kampung Wapu dan Kampung Sumapro. Menggunakan perahu bermotor milik masyarakat di Pomako, perjalanan ke dua kampung tersebut tim kerap kali berpapasan dengan masyarakat lokal yang sedang mencari ikan.
Tim juga sempat berbincang dengan masyarakat lokal yang ditemui selama perjalanan. Dari perbincangan ini, tim mendapatkan informasi jika dua kampung yang akan dituju, saat ini menjadi kampung tidak berpenghuni. Kendati demikian, tim tetap melanjutkan perjalanan ke dua kampung tersebut untuk memastikannya.
Setelah melewati perjalanan yang tidak terlalu lama, tim akhirnya tiba di Kampung Wapu. Namun, betapa terkejutnya anggota tim setelah melihat langsung kampung tersebut. Rumah-rumah yang ada di kampung nyaris tertutup dengan rumput yang menandakan jika rumah-rumah itu memang tidak berpenghuni, seperti informasi yang diperoleh dari masyarakat ketika dalam perjalanan.
“Tidak ada seorang pun di Kampung Wapu. Hanya disambut dengan suara kicauan burung dan hewan ternak masyarakat setempat, yakni babi dan anjing yang banyak berkeliaran di kampung,” kata Levina.
Total rumah yang ada di kampung tersebut sebanyak 24 unit. Semuanya tidak berpenghuni. Begitu pula kondisi SD Negeri Wapu yang hanya tinggal bangunan kosong tanpa ada aktivitas dan tanda-tanda kehidupan.
Dengan perasaan kecewa, tim melanjutkan perjalanan ke Kampung Sumapro, Distrik Jita. Di kampung ini, tim kembali mendapati pemandangan serupa dengan Kampung Wapu. “Ada sekitar 30 unit rumah yang tidak berpenghuni dan telah ditutupi oleh rumput setinggi rumah,” ungkap Levina.
Matahari sudah mulai terbenam, dengan ditemani sinar lampu darurat dan senter, setapak demi setapak tim masuk ke wilayah pemukiman masyarakat. Sepanjang perjalanan, tim hanya disambut kicauan burung dan ternak masyarakat setempat yang hidup liar. “Jangankan murid, masyarakat kampung setempat pun tidak ada,” katanya.
Namun tim akhirnya bisa bernafas lega, lantaran ada beberapa orang yang menempati kampung tersebut. Mereka adalah tiga orang guru bersama seorang anak guru dan penjaga sekolah. Para guru kontrak SD Negeri Sumpapro menjelaskan pada Levina, jika kampung tidak berpenghuni karena masyarakat pergi mencari nafkah di luar kampung dengan membawa serta anak-anak mereka, baik dari usia tingkat SD sampai SMP.
Kondisi ini menjadikan rumah-rumah mereka menjadi kosong dan tidak terawat. Karena mereka membawa serta seluruh anggota keluarga mereka. Mereka hanya meninggalkan hewan ternak yang dibiarkan hidup liar. Kondisi ini juga mengakibatkan aktivitas sekolah menjadi terhenti, lantaran tidak ada satu pun murid karena semuanya mengikuti keluarga mereka.
Para orang tua membawa anak mereka pergi mencari nafkah dengan alasan jika ditinggal di kampung, tidak ada yang dapat memberi makan anak-anak mereka, tidak ada yang dapat memperhatikan anak mereka.
Sepinya sekolah dan kampung terjadi hingga berbulan-bulan. Kampung baru mulai berpenghuni ketika ada perayaan besar seperti perayaan hari Natal dan lain sebagainya.
Levina memberikan motivasi terkait pentingnya pendidikan pada para orang tua, sehingga anak-anak yang merupakan generasi keluarga harus mengenyam pendidikan, dengan tidak melakukan kehidupan yang hanya berputar di sekitar yang saat ini tengah dilakukan masyarakat. Perbincangan itu berlangsung hingga pukul 23.00 WIT.
Levina menjelaskan beberapa ide yang dia miliki untuk melakukan terobosan pada dunia pendidikan di wilayah pesisir Mimika. Salah satunya dengan menurunkan personil TNI-Polri di kampung-kampung yang tidak berpenghuni, untuk dalam jangka waktu beberapa bulan menjaga keamanan kampung dan ditempatkan beberapa guru untuk mengajar.
Namun semua dapat terlaksana jika ada anggaran, sehingga para anggota TNI-Polri bisa mendapat insentif dari tugas mereka, begitu pula para guru yang bersertifikat pendidikan dan memiliki akta mengajar.
Levina juga menggagas opsi lain, yakni menerapkan pendidikan berpola asrama bagi para murid di beberapa kampung tersebut. Dengan penambahan tenaga bantu untuk mengelola asrama dan memasak, sehingga para orangtua pergi mencari nafkah, anak mereka dapat ditinggal di asrama sekolah tanpa mengkhawatirkan kebutuhan hidup anak sehari-hari.
"Ya, di wilayah pesisir Mimika, pendidikan belum tersentuh dengan maksimal. Karena ini butuh anggaran juga,” ujarnya.
Dari penelusuran di dua kampung yang ada di Distrik Jita, tim yang dipimpin Kabid PAUD dan SD Dispendasbud Mimika, Levina M Kondologit, SPd, menemukan dua kampung yang tidak berpenghuni. Demikian halnya dengan sekolah di kampung tersebut, juga tidak aktif.
Dua daerah yang dimaksud adalah Kampung Wapu dan Kampung Sumapro. Menggunakan perahu bermotor milik masyarakat di Pomako, perjalanan ke dua kampung tersebut tim kerap kali berpapasan dengan masyarakat lokal yang sedang mencari ikan.
Tim juga sempat berbincang dengan masyarakat lokal yang ditemui selama perjalanan. Dari perbincangan ini, tim mendapatkan informasi jika dua kampung yang akan dituju, saat ini menjadi kampung tidak berpenghuni. Kendati demikian, tim tetap melanjutkan perjalanan ke dua kampung tersebut untuk memastikannya.
Setelah melewati perjalanan yang tidak terlalu lama, tim akhirnya tiba di Kampung Wapu. Namun, betapa terkejutnya anggota tim setelah melihat langsung kampung tersebut. Rumah-rumah yang ada di kampung nyaris tertutup dengan rumput yang menandakan jika rumah-rumah itu memang tidak berpenghuni, seperti informasi yang diperoleh dari masyarakat ketika dalam perjalanan.
“Tidak ada seorang pun di Kampung Wapu. Hanya disambut dengan suara kicauan burung dan hewan ternak masyarakat setempat, yakni babi dan anjing yang banyak berkeliaran di kampung,” kata Levina.
Total rumah yang ada di kampung tersebut sebanyak 24 unit. Semuanya tidak berpenghuni. Begitu pula kondisi SD Negeri Wapu yang hanya tinggal bangunan kosong tanpa ada aktivitas dan tanda-tanda kehidupan.
Dengan perasaan kecewa, tim melanjutkan perjalanan ke Kampung Sumapro, Distrik Jita. Di kampung ini, tim kembali mendapati pemandangan serupa dengan Kampung Wapu. “Ada sekitar 30 unit rumah yang tidak berpenghuni dan telah ditutupi oleh rumput setinggi rumah,” ungkap Levina.
Matahari sudah mulai terbenam, dengan ditemani sinar lampu darurat dan senter, setapak demi setapak tim masuk ke wilayah pemukiman masyarakat. Sepanjang perjalanan, tim hanya disambut kicauan burung dan ternak masyarakat setempat yang hidup liar. “Jangankan murid, masyarakat kampung setempat pun tidak ada,” katanya.
Namun tim akhirnya bisa bernafas lega, lantaran ada beberapa orang yang menempati kampung tersebut. Mereka adalah tiga orang guru bersama seorang anak guru dan penjaga sekolah. Para guru kontrak SD Negeri Sumpapro menjelaskan pada Levina, jika kampung tidak berpenghuni karena masyarakat pergi mencari nafkah di luar kampung dengan membawa serta anak-anak mereka, baik dari usia tingkat SD sampai SMP.
Kondisi ini menjadikan rumah-rumah mereka menjadi kosong dan tidak terawat. Karena mereka membawa serta seluruh anggota keluarga mereka. Mereka hanya meninggalkan hewan ternak yang dibiarkan hidup liar. Kondisi ini juga mengakibatkan aktivitas sekolah menjadi terhenti, lantaran tidak ada satu pun murid karena semuanya mengikuti keluarga mereka.
Para orang tua membawa anak mereka pergi mencari nafkah dengan alasan jika ditinggal di kampung, tidak ada yang dapat memberi makan anak-anak mereka, tidak ada yang dapat memperhatikan anak mereka.
Ilustrasi Kelas Kosong |
Levina memberikan motivasi terkait pentingnya pendidikan pada para orang tua, sehingga anak-anak yang merupakan generasi keluarga harus mengenyam pendidikan, dengan tidak melakukan kehidupan yang hanya berputar di sekitar yang saat ini tengah dilakukan masyarakat. Perbincangan itu berlangsung hingga pukul 23.00 WIT.
Levina menjelaskan beberapa ide yang dia miliki untuk melakukan terobosan pada dunia pendidikan di wilayah pesisir Mimika. Salah satunya dengan menurunkan personil TNI-Polri di kampung-kampung yang tidak berpenghuni, untuk dalam jangka waktu beberapa bulan menjaga keamanan kampung dan ditempatkan beberapa guru untuk mengajar.
Namun semua dapat terlaksana jika ada anggaran, sehingga para anggota TNI-Polri bisa mendapat insentif dari tugas mereka, begitu pula para guru yang bersertifikat pendidikan dan memiliki akta mengajar.
Levina juga menggagas opsi lain, yakni menerapkan pendidikan berpola asrama bagi para murid di beberapa kampung tersebut. Dengan penambahan tenaga bantu untuk mengelola asrama dan memasak, sehingga para orangtua pergi mencari nafkah, anak mereka dapat ditinggal di asrama sekolah tanpa mengkhawatirkan kebutuhan hidup anak sehari-hari.
"Ya, di wilayah pesisir Mimika, pendidikan belum tersentuh dengan maksimal. Karena ini butuh anggaran juga,” ujarnya.
*yoshi ohee/adk/jpnn
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....
Salam Pak Pandani