Oleh: Ambar Ayu Hendra Siwi
Teacher’s diary. Salah satu judul film yang tersimpan di laptop kesayangan saya. Iya, laptop adalah satu-satunya teman terbaik bagi saya untuk menghabiskan malam minggu. Saya masih ingat betul, film tersebut saya copy dari Mas Wildan. Kala itu, niat saya sebenarnya hanya ingin meng-copy film thailand yang berjudul “May who”. Saya penasaran dengan film itu, karena film tersebut mampu membuat Mas Wildan memposting beberapa tulisan dari menonton beberapa kali film tersebut.
Teacher’s diary merupakan film drama thailand. Film tersebut bercerita tentang seorang guru yang ditugaskan di sebuah sekolah apung. Bisa dibilang sekolah tersebut adalah sekolah pelosok.
Bermula dari seorang guru wanita yang sangat idealis. Ia ditugaskan untuk menjadi guru di sekolah apung. Ada alasan kenapa ia ditugaskan di sekolah apung tersebut. Tidak lain, karena ia memiliki tato kecil di tangannya. Ia menolak untuk menghapus tato tersebut, dan karena hal itulah ia mulai dianggap tidak bermoral. Mengingat ia adalah seorang guru, tentu tidak layak seorang guru memiliki tato. Kemudian, ia “dibuang” untuk menjadi guru di sekolah apung. Ia kemudian menuliskan segala kegiatannya, mulai dari ketika mulai beradaptasi dengan sekolah baru tempat ia mengajar, dan menjalani hari-harinya selama mengajar di sekolah tersebut. Bahkan, ketika suatu hari ia menemukan mayat, juga ia tulis di diary tersebut.
Buku diary tersebut sengaja ditinggal di sekolah apung, ketika ia memutuskan untuk meninggalkan sekolah tersebut. Dan ketika ada seorang guru laki-laki yang datang untuk mulai mengajar di sekolah apung tersebut. Guru laki-laki tersebut menemukan diary yang tertinggal di sekolah apung tersebut. Dan dari buku diary itulah ia seperti menjadikan sebagai buku panduan dalam mengajar dan menjalani hari-hari sebagai guru di sekolah apung. Dan dari buku diary itu juga, akhirnya mereka bisa saling jatuh cinta, meski keduanya belum pernah bertatap muka langsung.
Teacher’s diary merupakan film drama thailand. Film tersebut bercerita tentang seorang guru yang ditugaskan di sebuah sekolah apung. Bisa dibilang sekolah tersebut adalah sekolah pelosok.
Bermula dari seorang guru wanita yang sangat idealis. Ia ditugaskan untuk menjadi guru di sekolah apung. Ada alasan kenapa ia ditugaskan di sekolah apung tersebut. Tidak lain, karena ia memiliki tato kecil di tangannya. Ia menolak untuk menghapus tato tersebut, dan karena hal itulah ia mulai dianggap tidak bermoral. Mengingat ia adalah seorang guru, tentu tidak layak seorang guru memiliki tato. Kemudian, ia “dibuang” untuk menjadi guru di sekolah apung. Ia kemudian menuliskan segala kegiatannya, mulai dari ketika mulai beradaptasi dengan sekolah baru tempat ia mengajar, dan menjalani hari-harinya selama mengajar di sekolah tersebut. Bahkan, ketika suatu hari ia menemukan mayat, juga ia tulis di diary tersebut.
Buku diary tersebut sengaja ditinggal di sekolah apung, ketika ia memutuskan untuk meninggalkan sekolah tersebut. Dan ketika ada seorang guru laki-laki yang datang untuk mulai mengajar di sekolah apung tersebut. Guru laki-laki tersebut menemukan diary yang tertinggal di sekolah apung tersebut. Dan dari buku diary itulah ia seperti menjadikan sebagai buku panduan dalam mengajar dan menjalani hari-hari sebagai guru di sekolah apung. Dan dari buku diary itu juga, akhirnya mereka bisa saling jatuh cinta, meski keduanya belum pernah bertatap muka langsung.
Melihat film tersebut, membuat saya berpikir tentang profesi guru. Guru menurut saya adalah pekerjaan yang mulia. Guru bukan hanya sekedar mengajar, tapi juga mendidik. Dan saya menyesal tidak pernah menyebutkan guru sebagai cita-cita di masa kecil saya.
Di pertemanan fesbuk. Saya baru menyadari, bahwa saya memiliki salah satu teman yang kini menjadi seorang guru yang sedang mengikuti kegiatan sarjana mendidik di daerah tertinggal,terdepan, terluar (SM3T). Saya mulai tertarik tentang kisahnya ketika ia mulai memposting sedikit hal tentang kegiatannya selama menjalani masa tugas di wilayah pelosok.
Di pertemanan fesbuk. Saya baru menyadari, bahwa saya memiliki salah satu teman yang kini menjadi seorang guru yang sedang mengikuti kegiatan sarjana mendidik di daerah tertinggal,terdepan, terluar (SM3T). Saya mulai tertarik tentang kisahnya ketika ia mulai memposting sedikit hal tentang kegiatannya selama menjalani masa tugas di wilayah pelosok.
Baca Selengkapnya: http://www.lobimesen.com/2016/11/mengabdi-hingga-ke-pelosok-negeri.html
Ambar Ayu Hendra Siwi, atau biasa disapa Ambar. Saya berasal dari Sukoharjo. Alumni Universitas Negeri Yogyakarta program studi Pendidikan Biologi angkatan 2011. Sekarang saya sedang menjalankan tugas SM-3T angkatan VI di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.
Sekilas profil penulis:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....
Salam Pak Pandani