* Terungkap pada Konferensi Kerja II PGRI Aceh di Takengon
BANDA ACEH - Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Aceh, Drs Ramli Rasyid MSi, menyatakan rasa keprihatinannya yang mendalam saat menerima laporan masih ada guru bakti murni di daerah yang hanya dibayar Rp 3.000 per jam pelajaran.
Menurut Ramli, masih adanya guru bakti yang dibayar Rp 3 ribu/jam terungkap pada acara Rapat Koordinasi/Konferensi Kerja II PGRI Aceh yang berlangsung di Takengon, Aceh Tengah, minggu lalu. Ramli mengharapkan hal itu mendapat perhatian Pemerintah Provinsi ke depan.
“Dengan 3 ribu rupiah per jam, jika seorang guru mengajar 24 jam per minggu, berarti mereka hanya dapat Rp 288 ribu per bulan,” kata Ramli didampingi Sekretaris PGRI Aceh, Drs M Nurdin dan Ketua Tim Perumus Konferensi Kerja II PGRI Aceh, Drs Abd Syukur MAg, Senin (14/11).
Mantan guru teladan nasional itu mengakui, selama ini banyak pejabat yang mengatakan bahwa jumlah guru di Aceh berlebih. Tapi, kenyataan di lapangan, masih ada satu sekolah hanya memiliki dua guru PNS, satu kepala sekolah, dan satu wakil kepala sekolah.
“Bayangkan kalau pihak sekolah tidak mau melibatkan guru bakti murni, banyak anak bangsa, terutama yang bermukim di daerah-daerah pedalaman dipastikan tidak mendapat pendidikan secara layak dan berkualitas,” katanya.
Ramli Rasyid mengakui total jumlah guru di Aceh hampir mencukupi. Tapi, masalahnya distribusi tak merata. Daerah perkotaan, jumlah guru mungkin berlebih. Tapi di pedalaman, sekolah-sekolah kekurangan guru. Belum lagi guru bidang studi tertentu, seperti kesenian dan prakarya, hampir semua sekolah tidak cukup.
“Jika masalah distribusi guru tidak segera dilakukan, dikhawatirkan itu bisa menjadi bencana bagi pembangunan pendidikan Aceh. Aceh tidak hanya butuh pemerataan pembangunan gedung, tapi juga perlu pemerataan tenaga pendidiknya,” kata Ramli Rasyid.
BANDA ACEH - Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Aceh, Drs Ramli Rasyid MSi, menyatakan rasa keprihatinannya yang mendalam saat menerima laporan masih ada guru bakti murni di daerah yang hanya dibayar Rp 3.000 per jam pelajaran.
Menurut Ramli, masih adanya guru bakti yang dibayar Rp 3 ribu/jam terungkap pada acara Rapat Koordinasi/Konferensi Kerja II PGRI Aceh yang berlangsung di Takengon, Aceh Tengah, minggu lalu. Ramli mengharapkan hal itu mendapat perhatian Pemerintah Provinsi ke depan.
“Dengan 3 ribu rupiah per jam, jika seorang guru mengajar 24 jam per minggu, berarti mereka hanya dapat Rp 288 ribu per bulan,” kata Ramli didampingi Sekretaris PGRI Aceh, Drs M Nurdin dan Ketua Tim Perumus Konferensi Kerja II PGRI Aceh, Drs Abd Syukur MAg, Senin (14/11).
Mantan guru teladan nasional itu mengakui, selama ini banyak pejabat yang mengatakan bahwa jumlah guru di Aceh berlebih. Tapi, kenyataan di lapangan, masih ada satu sekolah hanya memiliki dua guru PNS, satu kepala sekolah, dan satu wakil kepala sekolah.
“Bayangkan kalau pihak sekolah tidak mau melibatkan guru bakti murni, banyak anak bangsa, terutama yang bermukim di daerah-daerah pedalaman dipastikan tidak mendapat pendidikan secara layak dan berkualitas,” katanya.
“Jika masalah distribusi guru tidak segera dilakukan, dikhawatirkan itu bisa menjadi bencana bagi pembangunan pendidikan Aceh. Aceh tidak hanya butuh pemerataan pembangunan gedung, tapi juga perlu pemerataan tenaga pendidiknya,” kata Ramli Rasyid.
*Serambi Indonesia/sir
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya di Blog Pak Pandani | Belajar dan Berbagi. Jika ada pertanyaan, saran, dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini....
Salam Pak Pandani